Jaipong Gembyung

Disway--
Mayjen Farid melihat di deretan samping ada seorang tentara gagah. Ganteng. Tinggi. Atletis. Tidak pakai baju dinas. Jabatannya Danrem Bogor. Bintangnya satu --salah satu Danrem yang berpangkat Brigjen: Faisol Izuddin Karimi. Ia kolonel pertama di angkatannya yang naik pangkat jadi jenderal. Umurnya kini 47 tahun. Asal Gresik.
Farid melihatnya. Farid berdiri. Farid minta sang Danrem duduk di tempat duduknya. Ia sendiri bergeser ke kursi deretan kanan.
"Saya memang bintang dua, tapi ia punya jabatan, saya tidak," ujar Farid. Saya memang bertanya pada Farid mengapa ia bersikap jenderak bintang satu itu lebih penting dari dirinya.
Yang juga membuat Cap Go Meh kali ini istimewa adalah Kien Lin. Tidak setiap tahun Kien Lin boleh turun ke jalan. Bentuknya seperti barongsai tapi bukan. Kien Lin adalah kendaraan dewa. Ini mitos di Tiongkok. Sejak ribuan tahun lalu.
Setiap kali dewa turun ke bumi, kendaraannya adalah Kien Lin. Dalam satu malam Kien Lin bisa menempuh jarak langit ke bumi pulang pergi.
Saya tidak tahu mana yang lebih tua: Kien Lin atau Bouraq.
Anda sudah tahu Bouraq: kendaraan seperti kuda terbang yang membawa Nabi Muhammad dari Mekah ke Jerussalem. Dari Yerussalem terbang ke langit lapis ketujuh. Di situ Muhammad menerima wahyu kewajiban salat lima waktu. Lalu balik lagi ke Mekah. Semua itu berlangsung hanya kurang dari satu malam.