Joko Anwar Ungkap Inspirasi di Balik Film "Pengepungan di Bukit Duri"

Sutradara film "Pengepungan di Bukit Duri", Joko Anwar saat mengunjungi Antara Heritage Center di Pasar Baru, Jakarta Pusat. -(ANTARA/Adimas Raditya)-
JAKARTA – Sutradara Joko Anwar berbicara mengenai inspirasi di balik film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri, yang mengangkat isu sosial di Indonesia, khususnya mengenai pendidikan dan budaya kekerasan.
Dalam kunjungannya ke Antara Heritage Center di Jakarta Pusat , Joko menjelaskan bahwa film ini berangkat dari kegelisahan pribadi yang ia rasakan terkait kondisi sosial yang ada di tanah air.
Menurut Joko, kegelisahan terbesar adalah kenyataan bahwa pendidikan belum menjadi prioritas utama di Indonesia. Hal ini, kata Joko, memiliki dampak besar terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat.
"Pendidikan belum jadi prioritas utama di Indonesia, yang implikasinya besar sekali ke seluruh sendi kehidupan bangsa," ujarnya.
BACA JUGA:Resep serba telur yang gurih dan enak untuk sahur, 3 Resep Telur Gurih dan Enak Untuk Sahur
BACA JUGA:Walikota Maulana Ajak Masyarakat Berbagi di Bulan Ramadan
Dalam film Pengepungan di Bukit Duri, Joko ingin menyampaikan pesan moral yang kuat tentang pentingnya menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.
Ia menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat untuk belajar mengajar, tetapi juga untuk membentuk karakter, termasuk etika dan moral anak-anak bangsa.
Film ini juga menyoroti masalah lain yang memperburuk situasi, yaitu budaya kekerasan yang semakin marak, terutama di kalangan anak muda.
Joko mengungkapkan bahwa banyak anak muda yang menghadapi masalah dalam kehidupan mereka, baik di keluarga maupun lingkungan sekitar, namun tidak memiliki saluran yang aman dan sehat untuk menyalurkan frustrasi mereka.
BACA JUGA:Gelar Safari Ramadan Harmoni, Diskusi Terkait Industri Migas
BACA JUGA:Siapkan Rawasari Creative Space untuk Anak Muda
"Budaya kekerasan yang ada di masyarakat kita adalah akibat dari kegagalan sistem dalam memberikan cara yang lebih sehat untuk menanggulangi kekecewaan," katanya.
Para pemeran dalam film ini, seperti Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, dan Satine Zaneta, dianggap Joko memiliki pemahaman mendalam tentang isu sosial yang diangkat dalam film.
Mereka juga memiliki kepedulian terhadap kekerasan dan pendidikan, yang menjadi inti dari pesan film ini.
Melalui Pengepungan di Bukit Duri, Joko berharap dapat memberikan dampak emosional dan pemahaman bagi masyarakat Indonesia, serta mendorong refleksi yang lebih dalam tentang pentingnya masalah pendidikan dan budaya kekerasan yang berkembang.
BACA JUGA:Gelar Safari Ramadan Harmoni, Diskusi Terkait Industri Migas
BACA JUGA:Wabup Khafid Minta Peserta Rakor RPJMD Serius
Dengan genre drama yang dipadukan dengan aksi, Joko berharap film ini tidak hanya menghibur penonton, tetapi juga menginspirasi mereka untuk berpikir lebih dalam mengenai kondisi sosial yang ada.
"Film ini tidak hanya tentang cerita yang disampaikan, tetapi juga tentang cara kita menyampaikan isu-isu ini secara menyentuh tanpa terkesan ceramah," tutup Joko. (*)