Alasan Momen Idulfitri Selalu Identik dengan Baju Baru

Reporter: Rizal Zebua |

Editor: Rizal Zebua |

Sabtu , 29 Mar 2025 - 13:56

-jambi independent-Jambi Independent

alasan momen idulfitri selalu identik dengan baju baru                            idulfitri adalah momen yang selalu dinanti oleh umat muslim di seluruh dunia. selain sebagai hari kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, idulfitri juga identik dengan berbagai tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya masyarakat.
salah satu tradisi yang paling melekat adalah mengenakan baju baru saat hari raya. namun, mengapa idulfitri selalu identik dengan baju baru? apakah ini sekadar gaya atau memiliki makna yang lebih dalam?
makna filosofis di balik baju baru saat idulfitri
mengenakan baju baru saat idulfitri bukan sekadar soal tampil lebih menarik di hari spesial, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam. idulfitri sendiri berasal dari kata "id" yang berarti kembali dan "fitri" yang berarti suci atau bersih.
baca juga:prabowo gibran bayar zakat fitrah di istana negara
baca juga:hotman paris ngaku puas bas razman nasution dicabut
dengan demikian, idulfitri merupakan momen bagi umat muslim untuk kembali ke fitrah atau kesucian setelah sebulan penuh menjalani puasa dan introspeksi diri.
dalam islam, kebersihan dan kerapihan sangat dianjurkan. rasulullah saw pun mengajarkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan hari raya.
diriwayatkan dalam hadis dari al-hakim, rasulullah saw bersabda: "pakailah pakaian terbaik yang kalian miliki di dua hari raya..." mengenakan pakaian terbaik di hari raya bukan hanya sekadar simbol kebersihan fisik.
tetapi juga mencerminkan kebersihan hati yang telah kembali suci setelah menjalani ibadah di bulan ramadan.
tradisi yang mengakar dalam budaya masyarakat
selain memiliki makna spiritual, tradisi mengenakan baju baru saat idulfitri juga telah menjadi bagian dari budaya di banyak negara, termasuk indonesia. sejak zaman dahulu, masyarakat indonesia terbiasa membeli atau menjahit pakaian baru menjelang hari raya. 
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
1. simbol awal yang baru
idulfitri menandai awal yang baru setelah satu bulan penuh menjalani ibadah puasa. baju baru melambangkan kebersihan, kesegaran, dan harapan baru untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun mendatang.
2. tradisi keluarga yang terjaga
di banyak keluarga, membeli baju baru saat lebaran telah menjadi kebiasaan turun-temurun. momen ini juga menjadi ajang kebersamaan, di mana anggota keluarga pergi berbelanja bersama dan memilih pakaian yang akan dikenakan saat bersilaturahmi. 
3. dorongan dari industri dan tren konsumen
industri fashion turut berperan dalam melanggengkan tradisi ini. menjelang idulfitri, pusat perbelanjaan dan marketplace online selalu menawarkan koleksi pakaian baru dengan berbagai diskon menarik.
hal ini mendorong masyarakat untuk membeli baju baru sebagai bagian dari persiapan menyambut lebaran.
apakah harus selalu baju baru?
meskipun mengenakan baju baru saat idulfitri adalah tradisi yang menyenangkan, bukan berarti seseorang wajib membeli pakaian baru setiap tahun. esensi dari idulfitri adalah kembali kepada kesucian hati, bukan sekadar penampilan luar 
rasulullah saw sendiri hanya menganjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki, bukan harus selalu baru. bagi sebagian orang, membeli baju baru mungkin bukan pilihan utama karena alasan ekonomi atau preferensi pribadi.
sebagai alternatif, mengenakan baju lama yang masih layak, memadupadankan pakaian yang sudah ada, atau bahkan mendaur ulang pakaian lama dengan desain baru bisa menjadi solusi yang tetap sesuai dengan semangat idulfitri.
tradisi mengenakan baju baru saat idulfitri memiliki makna yang lebih dari sekadar gaya. ini adalah simbol kebersihan, kesucian, dan awal yang baru setelah menjalani ibadah di bulan ramadan. 
meskipun membeli baju baru bukanlah kewajiban, yang terpenting adalah menjaga kebersihan diri, berpakaian rapi, dan merayakan idulfitri dengan hati yang suci.
pada akhirnya, idulfitri bukan soal baju baru, tetapi tentang bagaimana kita kembali menjadi pribadi yang lebih baik dan mempererat silaturahmi dengan sesama. (*)