Perlu Ada Susunan Bunga Rampai Sejarah Bahasa Indonesia

Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
JAKARTA - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menyebut pentingnya penyusunan bunga rampai yang terdiri dari kajian-kajian sejarah dari berbagai bahasa daerah sehingga membentuk bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin pada Kuliah Umum Linguistik "Bahasa Melayu Mardiker melalui Senarai Kata tahun 1780" yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Kamis, 10 April 2025.
"Kita harus memiliki inisiasi penting untuk mewujudkan referensi nasional tentang sejarah Bahasa Indonesia. Kuliah umum dengan Bahasa Melayu Mardiker ini bisa menjadi masukan bagi kita untuk mewujudkan berbagai wawasan, cerita, dan kumpulan-kumpulan sejarah yang dapat kita himpun menjadi bunga rampai buku induk tentang sejarah bahasa Indonesia," katanya.
Ia mengemukakan Indonesia sebagai negara besar memiliki 718 bahasa daerah yang memiliki sejarah yang menarik untuk dikaji bersama, dimana keragaman itulah yang melandasi persatuan Bangsa Indonesia.
BACA JUGA: Tingkatkan Mutu Penanganan Limbah, Menteri LH Ingatkan Kawasan Industri
BACA JUGA:Pengamat Sebut Ada Peluang Diversifikasi Ekspor saat Sentimen AS-China
"Kita memahami bahwa semangat keberagaman melandasi upaya persatuan yang diikrarkan melalui Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Keberagaman bahasa tumbuh saat itu di dalam NKRI yang tengah mengalami penjajahan. Melalui Sumpah Pemuda dengan ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, maka lahirlah komitmen bersama untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan," paparnya.
Selama ini Badan Bahasa, kata dia, telah berupaya menggaungkan penggunaan Bahasa Indonesia, salah satunya melalui Trigatra Bangun Bahasa, yakni mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.
Selama ini Bahasa Indonesia telah berkembang sangat pesat dengan kosakata yang sudah diperbanyak, yakni lebih dari 208 kosakata. Selain itu, menurutnya, saat ini Bahasa Indonesia juga telah menjadi bahasa resmi di sidang umum UNESCO.
"Bahasa Indonesia harus terus kita gaungkan menjadi bahasa internasional. Kepada seluruh anggota pakar, salah satu pilar penting adalah meningkatkan dokumentasi, untuk itu, kuliah umum ini adalah wadah untuk berikhtiar untuk menguatkan sejarah perjalanan bahasa Indonesia, mengingat di antara kita masih banyak yang belum memiliki pemahaman yang utuh dengan latar belakang keilmuan masing-masing," ujar dia.
Menurutnya, penting untuk memperbanyak kajian tentang Bahasa Indonesia karena masih ada rumpang-rumpang sejarah yang belum dipelajari sebelumnya, termasuk Nahasa Melayu, salah satu bahasa penting yang menginisiasi lahirnya Bahasa Indonesia.
"Bahasa Melayu digunakan di berbagai wilayah di Indonesia dengan berbagai dialeknya. Di Sumatera Utara, ada bahasa Melayu dialek Panai, Sorkam, Asahan, Langkat, Nias. Di Sumatera Selatan, ada bahasa Melayu dialek Palembang. Di Kalimantan, ada dialek Kotawaringin dan lain sebagainya. Bahasa Melayu itu memperkaya Bahasa Indonesia sehingga tumbuh dan berkembang menjadi bahasa yang besar," tuturnya.
Ke depan ia berharap ada berbagai kuliah umum yang digali dari berbagai sumber dan dihadirkan di Badan Bahasa.
"Gunakan seluruh sarana dan prasarana yang ada untuk berkarya di bidang kebahasaan. Katalog Indeks Terbitan (KIT) Lembaga Publikasi (LP) Badan Bahasa menjadi salah satu lembaga yang memiliki kajian mendalam tentang berbagai sejarah perkembangan bahasa, khususnya di Asia Tenggara. Untuk itu, penting mengumpulkan sejarah masa lampau dalam melengkapi upaya-upaya pengembangan bahasa dan sastra di masa yang akan datang," kata Hafidz Muksin.(*)