Self-reward Dianggap Kebutuhan Bukan Tren

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Istilah self-reward kerap muncul di media sosial terutama di kalangan anak muda. Aktivitas ini sering kali dikaitkan dengan belanja, jalan-jalan, atau menikmati makanan favorit setelah bekerja keras.
Namun kini, self-reward tidak lagi dipandang sebagai gaya hidup, melainkan sebagai bentuk perawatan diri yang sehat. Perubahan cara pandang ini tidak lepas dari meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
Generasi masa kini lebih terbuka dalam membicarakan stres hingga burnout. Self-reward kini menjadi salah satu cara untuk meredam tekanan tersebut tanpa harus bergantung pada orang lain atau harus menunggu apresiasi.
Tidak seperti hadiah dari pihak luar, self-reward menekankan pengakuan dari diri sendiri atas pencapaian sekecil apa pun. Hal ini penting untuk menjaga motivasi jangka panjang, terutama dalam rutinitas yang melelahkan.
BACA JUGA:3 Buah Baik Dikonsumsi Penderita Hipertensi
BACA JUGA:6 Makanan Pemicu Sakit Kepala
Ketika seseorang merasa dihargai oleh dirinya sendiri, mereka cenderung lebih stabil secara emosional. Bagi sebagian orang, memberi penghargaan pada diri sendiri mungkin tampak sepele.
Namun, kebiasaan ini bisa membangun kepercayaan diri dan rasa puas yang tidak bergantung pada validasi sosial. Self-reward menjadi bentuk relasi positif antara individu dan dirinya sendiri sebagai apresiasi atas hasil kerja keras yang dilakukan.
Kebutuhan akan self-reward juga berkaitan erat dengan pola hidup modern yang serbacepat. Banyak orang dituntut produktif setiap hari tanpa jeda, yang pada akhirnya membuat tubuh dan pikiran kelelahan.
Dengan memberi ruang untuk istirahat dan menikmati hasil kerja, seseorang dapat menghindari kelelahan berlebihan. Selain itu, self-reward tidak selalu identik dengan hal mahal atau konsumtif.
Hal sederhana seperti tidur siang, menonton film favorit, atau membuat minuman hangat pun bisa menjadi bentuk penghargaan diri. Yang terpenting adalah niat di baliknya, yaitu dengan mengakui bahwa kita layak untuk merasa senang setelah berjuang.
Transformasi makna self-reward ini dipengaruhi oleh perubahan nilai dalam masyarakat. Dulu, memanjakan diri sendiri sering dianggap egois atau boros, tapi kini semakin banyak yang menyadari bahwa kebutuhan pribadi juga harus dijaga.
Merawat diri bukanlah sebagai bentuk kemewahan, melainkan juga kebutuhan mendasar. Menariknya, kebiasaan memberi penghargaan pada diri sendiri juga mulai merambah berbagai aspek kehidupan, dari dunia kerja hingga pendidikan.
Banyak perusahaan kini mulai menyediakan waktu khusus untuk istirahat, bahkan mendorong karyawan mereka menerapkan self-reward agar tetap termotivasi. Ketika kita mulai memahami pentingnya self-reward, kita juga belajar untuk menghargai proses, bukan hanya hasil akhir.
Hal ini membantu mengurangi tekanan untuk selalu mencapai sesuatu yang sempurna. Menghargai setiap langkah kecil yang telah dilalui bisa menjadi cara efektif untuk mempertahankan semangat dalam jangka panjang.
Self-reward mengajarkan kita untuk lebih sadar akan kebutuhan emosional diri sendiri. Dalam dunia yang sering kali fokus pada pencapaian eksternal, penting bagi kita untuk mengingat bahwa memberi perhatian pada diri sendiri bukanlah sesuatu yang egoi, melainkan sebagai bentuk apreasiasi. (*)