Bahaya Konsumerisme di Kalangan Mahasiswa

Bahaya Konsumerisme di Kalangan Mahasiswa-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Dunia perkuliahan saat ini tak bisa lepas dari fenomena konsumerisme. Sebagai target market yang signifikan, mahasiswa kerap menjadi sasaran dari berbagai strategi pemasaran konvensional maupun digital.
Apalagi di era digital, akses informasi dan beberapa platform belanja online telah ikut meningkatkan konsumerisme. Bahkan memicu perilaku konsumtif yang merugikan.
Sisi positif konsumersime adalah dapat meningkatkan inovasi dan juga pertumbuhan ekonomi. Dampak negatifnya juga bisa dirasakan oleh mahasiswa. Mencakup segi finansial, gaya hidup, serta lingkungan.
Mahasiswa sebagai anak muda juga tak bisa lepas dengan media sosial. Juga berbagai gaya hidup hedon yang bertebaran di lingkungan mereka. Seperti penggunaan barang-barang bermerek. Salah satunya demi menunjukkan status sosial mereka di dunia maya.
BACA JUGA:Alasan Orang Dewasa Gemar Mengoleksi Mainan dan Merchandise
BACA JUGA:Powerful Kejagung
Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu pemicu utama mengapa budaya konsumtif atau konsumerisme semakin marak di kalangan mahasiswa.
Public figure pun sangat mempengaruhi para mahasiswa untuk menerapkan gaya hidup konsumtif. Meski tak sedikit dari mereka yang terpengaruh oleh temannya sendiri.
Budaya konsumerisme juga diperparah dengan mudahnya akses pinjaman online. Itu sangat menggiurkan bagi mahasiswa yang memiliki budget pas-pasan.
Sistem pinjol itu membuat mereka mudah terpancing untuk melakukan pinjaman. Lalu membeli barang-barang yang bukan menjadi kebutuhan utama atau bahkan tidak diperlukan sama sekali.
Banyak dari mahasiswa yang rupanya belum sepenuhnya mengerti tentang mengatur keuangan dengan benar. Hal itu menjadikan mereka terlilit utang pinjol.
Mahasiswa harus memiliki strategi untuk menyeimbangkan perilaku konsumtifnya. Cara mengatur sistem finansial harus dipahami demi masa depan yang lebih baik.
Hal itu dapat dimulai dengan menentukan prioritas keuangan. Seperti tabungan dana darurat, biaya pendidikan, atau kebutuhan primer masing-masing.
Mahasiswa juga harus menahan diri agar tak terpancing dengan iklan di media sosial. Sebab, jika tak disadari dan dibatasi, mereka akan tenggelam dalam hedonisme. Lalu berakhir dengan terlilit utang.