Megawati Sebut Panganan Lokal dapat Gantikan Konsumsi Gandum

Presiden Kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri di JIEXpo Kemayoran, Jakarta--

Jakarta-Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri mengatakan bahwa panganan lokal dapat menggantikan konsumsi gandum.

Adapun komoditas yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan gandum adalah hanjeli, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas dan ubi jalar.

"Guna mengurangi ketergantungan-nya, bukankah kita memiliki 10 sumber pangan lainnya, yaitu henjali, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas, dan ubi jalar yang tentunya kalau diolah dan dibackup oleh BRIN bisa menyubtitusi gandum," ujar Megawati di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pergantian gandum dengan tanaman lokal tidak menandakan dirinya anti-gandum. Namun, tumbuhan tersebut memang tidak dapat tumbuh di Indonesia.

BACA JUGA:Kemenkeu Alokasi Pembiayaan Proyek SBSN di Kalsel Rp4,01 Triliun

BACA JUGA:Arsenal Tertahan di Posisi Kedua Setelah Menerima Kekalahan 0-2 dari West Ham

"Saya bukannya anti-gandum. Saya juga senang hamburger, mi. Namun, mengingat gandum tadi setelah saya terangkan tidak bisa ditanam di sini," jelas dia.

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, impor gandum di Indonesia pada 2004 hanya 2-3 juta ton per tahun. Sedangkan saat ini impor gandum mencapai 13 juta ton per tahun.

Konsumsi gandum yang begitu tinggi membuat Megawati mengusulkan penerapan bea masuk untuk menekan impor gandum. Hal ini juga sukar diatasi saat adanya konflik perang Rusia-Ukraina yang membuat pasokan gandum menjadi terhambat ke dalam negeri.

"Saya minta tolong lagi sama pak presiden, saya dapat info dan tolong diperhatikan dan dilihat bahwa bea masuk impor gandum 0 persen," ucapnya.

BACA JUGA:5 Resep Membuat Ayam Bakar, Enak dan Simpel

BACA JUGA:5 Resep Makanan yang Cocok Untuk Tahun Baru, Enak dan Mudah

Dia mengatakan kalau instrumen fiskal berupa kebijakan tarif wajib diterapkan saat transisi Indonesia bergumul dan berjuang di atas kaki sendiri. Instrumen tarif diterapkan secara kompetitif untuk riset dan inovasi.

"Yang tentunya kalau diolah dan di-backup BRIN kita ini bisa menyubsitusi gandum. Sekiranya bea masuk bisa diterapkan dalam transisi, maka dana yang ada bisa digunakan untuk menambah dana riset produk substitusi gandum," pungkas Megawati.

"Setuju atau tidak toh?" tanya-nya kepada peserta rakernas. "Setuju," jawab hadirin.

"Coba dong lebih keras," pinta Megawati lagi. "Setuju," jawab peserta rakernas lebih keras. (ANTARA)

 
 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan