Kapas Muara Bungo Sang Primadona Terlupakan, Buahnya Dibiarkan Rontok di Pinggir Jalan Tanpa Diolah

Dahulu menjadi bahan utama untuk kasur, bantal, dan tekstil, kini kapas justru terabaikan.-siti halimah/jambikoran.com-

MUARABUNGO, JAMBIKORAN.COM – Dahulu menjadi bahan utama untuk kasur, bantal, dan tekstil, kini kapas justru terabaikan.

Di sejumlah daerah seperti Pulau Jelmu dan Tanjung Belit, buah kapas yang dulunya bernilai kini dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan.

Kapas, serat alami dari tanaman Gossypium, dulunya sangat dibutuhkan sebagai pengisi perlengkapan rumah tangga. Namun, perkembangan teknologi dan perubahan preferensi masyarakat telah menggeser posisinya.

Bahan sintetis seperti busa dan per kini mendominasi pasar, karena dinilai lebih praktis, murah, dan mudah ditemukan.

BACA JUGA:Menginap di Hotel Rumah Kito Bisa Dapat Pemeriksaan Kesehatan Gratis

BACA JUGA:Batik Motif Batanghari: Visualisasi Sungai Kehidupan dan Filosofi Kerendahan Hati

“Dulu kapas dipakai untuk isi kasur dan bantal. Tapi sekarang orang lebih memilih busa karena lebih simpel,” ujar Edi, warga Pulau Jelmu, saat ditemui Senin 28 JUli 2025.

Ia mengakui bahwa kini pohon kapas hanya menjadi tanaman liar yang buahnya dibiarkan gugur begitu saja.

Dari pantauan di lapangan, masih banyak pohon kapas yang tumbuh subur, namun hampir tidak ada aktivitas pemanenan.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai ekonomis dan fungsional kapas sudah jauh berkurang di mata masyarakat.

BACA JUGA:Pengusaha Diminta Percepat Pembangunan SPPG

BACA JUGA:Perketat Pengawasan Orang Asing secara Digital

Padahal, di masa lalu kapas sangat berharga, bahkan menjadi bagian dari keseharian masyarakat desa.

Perubahan gaya hidup dan kemudahan mendapatkan barang jadi dari pabrik membuat tradisi mengolah kapas secara manual hilang secara perlahan.

Meski demikian, sebagian pihak menilai kapas belum kehilangan potensinya.

Jika dikelola dengan pendekatan modern seperti industri kerajinan atau produk ramah lingkungan, kapas masih bisa memberi nilai tambah ekonomi—terutama di tengah tren keberlanjutan dan kembali ke bahan alami.

BACA JUGA:Maulana Buka Diklat PKP

BACA JUGA:Hesnidar Haris Lantik Kepengurusan Dekranasda dan Pokja Bunda PAUD Provinsi Jambi Masa Bakti 2025-2030

Pengamat industri kreatif lokal menyarankan adanya pelatihan dan pengembangan usaha kecil berbasis kapas, agar warisan lokal ini tidak benar-benar punah dan bisa kembali memberi manfaat bagi masyarakat. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan