Kapas Tak Lagi Dimanfaatkan Warga, Buah Kapas Dibiarkan Begitu Tanpa Diolah

kapas-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
MUARABUNGO – Kapas, yang dulu menjadi bahan utama pembuatan kasur, bantal, hingga tekstil, kini tidak lagi dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini terlihat di beberapa wilayah seperti Pulau Jelmu dan Tanjung Belit, di mana buah kapas dibiarkan begitu saja tanpa diolah lebih lanjut.
Kapas merupakan serat alam yang berasal dari tumbuhan, tepatnya dari buah tanaman jenis Gossypium. Serat ini tergolong dalam serat selulosa dan dulunya menjadi bahan pokok dalam pembuatan berbagai kebutuhan rumah tangga, khususnya kasur, bantal, dan produk tekstil.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, peran kapas mulai tergeser oleh bahan-bahan sintetis yang dianggap lebih praktis dan mudah didapat. Produk seperti kasur dan bantal kini lebih banyak menggunakan bahan busa dan per, menggantikan kapas yang sebelumnya sangat diandalkan.
Edi, salah seorang warga Pulau Jelmu, membenarkan hal ini. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat kini tidak lagi mengandalkan kapas untuk kebutuhan rumah tangga seperti dulu.
BACA JUGA:PDI Perjuangan: Selamat Jalan Kwik Kian Gie, Sang Guru Bangsa
BACA JUGA:Drone Elang Hitam Buatan PTDI Lakukan Uji Terbang
"Zaman sekarang sudah beda. Masyarakat cari yang praktis. Kasur sekarang banyak terbuat dari busa dan per, begitu juga bantal. Dulu kapas itu bahan utama buat kasur, bantal, bahkan tekstil," ujar Edi.
Menurut pantauan di lapangan, banyak pohon kapas yang masih berbuah subur, namun buahnya dibiarkan rontok dan tidak dipanen. Hal ini menunjukkan penurunan drastis dalam minat masyarakat terhadap pemanfaatan kapas secara tradisional.
Kondisi ini tentu menjadi ironi, mengingat kapas dulu sangat bernilai dan berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Perubahan gaya hidup, kemudahan akses terhadap produk modern, dan pergeseran kebutuhan menjadi faktor utama hilangnya peran kapas dalam kehidupan sehari-hari.
Meski demikian, sebagian pihak menilai kapas masih memiliki potensi ekonomi jika dikembangkan kembali dengan pendekatan modern, seperti pengolahan industri kreatif atau produk ramah lingkungan. (mai/ira)