Radang Usus Bisa Picu Komplikasi Serius, Perlu Penanganan Komprehensif

Ilustrasi pasien memeriksakan kondisi kesehatannya di Rumah Sakit Abdi Waluyo. -HO-Rumah Sakit Abdi Waluyo-

JAKARTA – Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki dampak serius terhadap kesehatan pasien dan membutuhkan perhatian medis yang menyeluruh, demikian disampaikan Prof. Dr. Marcellus Simadibrata, PhD, Sp.PD-KGEH dari Rumah Sakit Abdi Waluyo.

“IBD bukan sekadar gangguan pencernaan biasa. Ini adalah penyakit autoimun yang bisa memicu komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan baik,” ujar Marcellus dalam keterangan resminya di Jakarta.

Mengutip Journal of Inflammation Research, IBD merupakan kelompok penyakit yang melibatkan peradangan kronis pada saluran pencernaan akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan usus.

Dua bentuk utama IBD adalah Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD), sementara bentuk lainnya disebut Colitis Indeterminate.

BACA JUGA:Helen Dian Krisnawati Menangis di Sidang Pembelaan Usai Dituntut Mati: “Saya Hanya Ibu Rumah Tangga”

BACA JUGA:2 Pegawai BSI Rimbo Bujang Terjerat Korupsi KUR Senilai Rp 4,8 Miliar

Gejala awal yang umum seperti diare sering kali disalahartikan sebagai gangguan ringan, padahal bisa menjadi indikasi awal dari IBD.

Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan komplikasi sistemik, seperti pembekuan darah, peradangan pada mata, kulit, hingga sendi.

Pada kasus Ulcerative Colitis, pasien berisiko mengalami pembengkakan beracun pada usus besar (toxic megacolon), lubang pada dinding usus besar (perforasi), hingga dehidrasi parah dan peningkatan risiko kanker kolorektal.

Sementara penderita Crohn’s Disease dapat mengalami penyumbatan usus, malnutrisi, pembentukan fistula, serta robekan pada jaringan anus (fissura anal).

BACA JUGA:Penembakan di Palembang Ternyata Ulah Pelaku Curanmor yang Gagal Beraksi

BACA JUGA: SAH Ingatkan Ketua DPC Gerindra Jaga Tata Kelola Partai, Kepercayaan Publik pada Program Presiden Prabowo

“Tanpa pengobatan yang tepat, kedua tipe IBD ini bisa menimbulkan komplikasi serius yang mengancam jiwa,” tegas Marcellus.

Diagnosis IBD umumnya ditegakkan melalui kombinasi gejala klinis, seperti nyeri perut kronis, perubahan pola buang air besar, perdarahan rektal, serta penurunan berat badan.

Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan penunjang seperti tes feses dan darah, CT scan atau MRI abdomen, serta prosedur endoskopi.

Tingkat keparahan penyakit kemudian dinilai dengan sistem skoring klinis yang membantu menentukan pendekatan terapi yang sesuai.

BACA JUGA:Kinerja Diapresiai, Wali Maulana Akan Terima Penghargaan Kota Layak Anak di Jakarta

BACA JUGA:SDIT Ash Shiddiiqi Kota Jambi Siap Tampilkan Permainan Terbaik di Walikota Cup 2025

IBD Center: Layanan Terpadu untuk Tangani Penyakit Radang Usus

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan penanganan IBD di Indonesia, RS Abdi Waluyo mendirikan pusat perawatan khusus bernama IBD Center. Menurut pendiri utama rumah sakit tersebut, dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP, layanan ini akan memberikan penanganan holistik dengan melibatkan berbagai spesialisasi medis.

“IBD Center kami hadirkan sebagai pusat layanan terpadu yang tidak hanya mencakup gastroenterologi dan bedah digestif, tetapi juga mencakup perawatan nutrisi dan dukungan psikososial,” ujar Sutrisno.

Fasilitas tersebut akan berkolaborasi dengan R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center, sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi Prof. Marcellus Simadibrata dalam bidang kesehatan saluran pencernaan.

Selain itu, IBD Center juga memperkuat kerja sama internasional melalui kolaborasi dengan University of Chicago, guna mendorong inovasi dan pertukaran keilmuan dalam penanganan IBD.

Dengan pendekatan multidisiplin dan kolaboratif, IBD Center diharapkan mampu menjadi pusat rujukan nasional dalam pengelolaan penyakit radang usus yang efektif dan berstandar global. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan