Beban Negara

Dahlan iskan--

Saya sendiri ikut acara proklamasi kemedekaan di RT saya. Yakni di acara syukuran tanggal 16 malam. Kebetulan salah satu warga RT ini pernah jadi Panglima TNI. Ikut hadir. Ia tetangga sebelah rumah saya: Jenderal Yudo Margono.

Kami sama-sama anak petani. Awalnya ia tidak tahu apa itu Akabri. Tapi oleh teman-temannya sesama lulusan SMA Negeri Caruban diajak mendaftar. Sembilan orang. Ternyata hanya Yudo yang diterima di Akabri.

Ia bisa menjalani latihan kemiliteran dengan baik. Waktu SMA ia naik sepeda ke sekolahnya 11 km. Tiap hari. Sehari 22 km. Biasa mencangkul. Kerja fisik. Di sawah. Biasa berenang di sungai. Tidak ada yang sulit.

Ia tidak menyangka menjadi jendral apalagi menjadi KSAL dan kemudian Panglima TNI.

Pegangan hidupnya: 'Dapat alhamdulillah. Tidak dapat ya sudah'. Semua tugas ia anggap jalan hidupnya.

Yudho bercerita tidak pernah cari dukungan untuk menjabat apa pun.

Kebetulan "presiden" RT kami, Abdullah, sangat berprestasi. Di tingkat RT pun kalau sudah berarti ikut membangun negara. Setidaknya, hidup ini, jangan sampai menjadi beban negara. (Dahlan Iskan)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan