Baju Gelap

Dahlan iskan--
Seloroh tapi serius. Trump seperti meragukan legitimasi kepresidenan Zelenskyy –karena sudah melewati masa jabatan 1,5 tahun lalu. Zelenskyy mencoba klarifikasi bahwa konstitusi Ukraina membolehkan ditiadakannya pemilu kalau sedang dalam suasana perang. Lalu Trump menyela dengan celetukan kalimat yang dimulai dengan "Oh...." tadi.
Meski dialog di depan kamera tidak lagi menghinakan Zelenskyy tapi juga tidak menunjukkan dukungan apa-apa pada Ukraina. Terasa netral-netral saja.
Trump juga tidak terasa menekan Zelenskyy untuk menerima begitu saja keinginan Presiden Putin.
Keinginan Putin itu disampaikan ke Trump saat mereka berdua bertemu di Alaska 15 Agustus lalu.
Dua yang diinginkan Putin: Ukraina menarik diri dari provinsi Donbas. Provinsi ini praktis dikuasai Rusia –setidaknya sudah 2/3-nya. Donbas adalah provinsi kaya akan batu bara. Maka kaya juga dengan industri dasar seperti baja. Sudah banyak industri turunannya.
Rusia menguasai Donbas sebagai dukungan keinginan rakyat setempat untuk memisahkan diri dari Ukraina. Keinginan lain Putin adalah: Ukraina mundur dari permohonan menjadi anggota NATO.
Trump dilaporkan cenderung menyetujui keinginan Rusia itu. Memang, gara-gara Ukraina ingin bergabung ke NATO Rusia merasa tidak aman. Ia merasa Ukraina mengkhianati kesepakatan saat sama-sama berpisah dari Uni Soviet.
Tapi para pemimpin Eropa –termasuk Inggris– terlihat keberatan dengan rumusan itu. Para pemimpin Eropa yang mendampingi Zelenskyy bertemu Trump tanggal 18 Agustus tidak sedikit pun memihak Rusia.
Maka serentetan diplomasi Trump seminggu terakhir masih belum menunjukkan arah perdamaian. Hanya Rusia yang ge-er bahwa Trump sudah berada di belakangnya. Pasukan Rusia di garis depan sudah memasang bendera Amerika di tank mereka. Rusia juga sangat memuji Trump soal pertemuan Alaska.
Dulu Alaska yang luas adalah wilayah Rusia. Lalu dialihkan menjadi milik Amerika. Kini Rusia seperti “nagih”: apa salahnya Amerika ganti mendukung Donbas dan Cremia menjadi wilayah Rusia.
Mungkin Trump pernah belajar usul-fikh: “yang tidak bisa dipakai semua janganlah dibuang semua”; ia pikir lebih baik mengorbankan sedikit wilayah Ukraina daripada Perang Dunia ke-3. (Dahlan Iskan)