Panglima Merah

Dahlan iskan--

Ini hanya kebetulan: waktu saya mendarat di Pontianak, dua hari lalu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka BSc, baru saja meninggalkan bandara itu kembali ke Jakarta.

Sabtu sore itu Wapres baru saja menghadiri ulang tahun ke-45 Panglima Jilah. Sedang saya akan ikut acara lari lima kilometer Minggu pagi keesokan harinya.

Ulang tahun Panglima Jilah berlangsung di Desa Sambora, dua jam bermobil dari Pontianak. Acara lari saya di Kabupaten Kubu Raya, tempat Bandara Supadio berada.

Tidak banyak yang tahu latar belakang Panglima Jilah. Arti Jilah adalah merah. Apa yang dikatakan Panglima Jilah sangat dituruti pengikutnya.

BACA JUGA:Al Haris Tegaskan Perkuat Ketahanan Digital Daerah

BACA JUGA:328 Titik Panas Sepanjang 2025, Terbanyak pada Bulan Juli

Pengikut Panglima Jilah disebut Pasukan Merah. Anggotanya lebih dari 300.000 orang. Sampai pun di Serawak dan Brunei.

Panglima Jilah digambarkan sebagai orang sakti. Dipercaya pula bisa terbang cepat dengan kendaraan daun kelapa sawit. Setengah gaib. Tentu belum pernah ada orang yang melihatnya.

Yang terlihat secara fisik: badannya penuh tato. Merata. Hanya wajah angkernya yang tanpa tatto. Semua tattonya khas suku Dayak. Dibuat secara traditional dengan warna tatto diambil dari dedaunan obat di pedalaman Kalbar.

Nama aslinya Antonius. Agama resminya Katolik.

Di Kubu Raya, seusai lari, saya duduk satu meja dengan banyak pejabat setempat. Sambil menunggu acara hiburan masal di panggung besar di depan kantor bupati Kubu Raya.

Setiap kursi di meja itu saya tanya: apakah tahu latar belakang pendidikan Panglima Jilah.

Tidak ada yang tahu.

Banyak telinga di sekitar saya juga saya tanya serupa. Jawab mereka sama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan