Hanya Tersisa Sekitar 100 Ekor, Gajah Sumatera Tersebar di Tiga Kantong Populasi

ILUSTRASI: Populasi Gajah Sumatera di Provinsi Jambi, saat ini hanya berkisar di angka 100 ekor.-DOK/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
JAMBI - Di tengah tekanan alih fungsi lahan dan konflik antara manusia dan satwa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi terus mengupayakan pelestarian kekayaan hayati Provinsi Jambi.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Agung Nugroho, memaparkan berbagai tanggung jawab dan tantangan besar dalam mengelola kawasan konservasi serta menjaga kelangsungan hidup spesies langka seperti gajah dan harimau Sumatera.
BKSDA Jambi memiliki wilayah kerja yang mencakup pengelolaan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati, terutama tumbuhan dan satwa liar. Saat ini, terdapat tujuh kawasan konservasi yang tersebar di berbagai kabupaten di Provinsi Jambi, dengan total luas mencapai sekitar 7.000 hektare.
Kawasan tersebut meliputi Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur yang membentang di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, Cagar Alam Goa Ulu Tiangko di Merangin, serta Cagar Alam Durian Luncuk I yang ada di Mandiangin, dan cagar alam Duran luncuk II yang terletak di Bulian.
BACA JUGA:Ubi Jalar Aman untuk Penderita Diabetes Jika Dikonsumsi Secara Bijak
BACA JUGA:Beras Merah Dianggap Lebih Aman untuk Penderita Diabetes, Ini Penjelasan Lengkapnya
Selain itu, terdapat Suaka Margasatwa Sungai Bengkal di Kabupaten Tebo dan dua Taman Wisata Alam, yaitu Bukit Tambi dan Bulutam.
Menurut Agung, setiap kawasan konservasi memiliki fungsi berbeda. Cagar alam digunakan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan pelestarian. Sementara itu, suaka margasatwa memungkinkan aktivitas konservasi dengan pengawasan ketat, dan taman wisata alam dibuka untuk umum sebagai tempat wisata berbasis ekowisata.
Dalam hal konservasi satwa liar, Provinsi Jambi memiliki dua spesies kunci atau umbrella species yang menjadi perhatian utama yaitu gajah Sumatera, harimau Sumatera, tapir, beruang madu.
“Kalau harimau, dulu Indonesia punya tiga jenis seperti harimau Jawa, harimau Bali, dan harimau Sumatera. Dua sudah punah, tinggal harimau Sumatera yang tersisa,” ujar Agung.
Gajah Sumatera juga menghadapi tekanan yang sama. Saat ini, Provinsi Jambi memiliki tiga kantong populasi gajah, yaitu di kawasan Taman Nasional, di Hutan Harapan, dan di bentang alam Bukit tiga puluh yang melintasi Kabupaten Batanghari dan Tanjung Jabung Barat.
Dari ketiganya, kantong terbesar berada di Bukit tiga puluh, dengan estimasi populasi antara 96 hingga 100 ekor berdasarkan pemantauan menggunakan drone termal oleh BKSDA bersama tim dari IPB.
Ironisnya, populasi gajah ini justru berada di luar kawasan konservasi dan berada di hutan produksi serta areal konsesi. Hal ini meningkatkan risiko konflik antara gajah dan manusia, terutama di wilayah penyangga taman nasional dan daerah yang mulai berubah fungsi.
“Ketika gajah jantan dewasa, ia akan mencari wilayah baru untuk hidup. Biasanya, ia keluar dari hutan dan masuk ke pinggiran kawasan, yang kadang sudah menjadi pemukiman atau ladang masyarakat. Di situlah konflik sering terjadi,” jelasnya.