Hanya Tersisa Sekitar 100 Ekor, Gajah Sumatera Tersebar di Tiga Kantong Populasi

ILUSTRASI: Populasi Gajah Sumatera di Provinsi Jambi, saat ini hanya berkisar di angka 100 ekor.-DOK/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent

Untuk mengatasi hal tersebut, BKSDA Jambi melakukan berbagai upaya mitigasi. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat agar tidak memasuki hutan sendirian dan tidak membuka ladang secara ilegal di kawasan hutan. 

Selain itu, BKSDA juga bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencegah perburuan liar dan perdagangan satwa dilindungi. Masyarakat juga diimbau tidak memelihara atau membunuh satwa yang dilindungi, karena hal tersebut melanggar hukum dan merusak keseimbangan ekosistem.

Selain gajah dan harimau, satwa lain yang menjadi fokus perhatian adalah orangutan. Meski saat ini keberadaannya di Jambi sudah sangat terbatas, BKSDA masih menjalankan program rehabilitasi untuk orangutan yang berasal dari peliharaan masyarakat atau hasil penyelamatan. 

Setelah menjalani pelatihan di pusat rehabilitasi seperti belajar memanjat, mengenali makanan, dan hidup liar mereka akan dilepasliarkan kembali ke hutan, khususnya di wilayah penyangga Taman Nasional. Sedangkan beruang madu, Agung mengatakan bahwa populasinya masih tersebar diseluruh hutan yang ada di Jambi. 

Ancaman utama terhadap satwa-satwa ini tidak hanya berasal dari perburuan, tetapi juga dari perubahan tutupan lahan. Hutan yang dulunya menjadi habitat alami, kini banyak yang dikonversi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Hal ini menyebabkan satwa kehilangan tempat hidup dan mencari makan di luar habitatnya, sehingga rentan terhadap konflik dan perburuan.

Selain mamalia besar, BKSDA Jambi juga melindungi berbagai jenis burung yang merupakan kekayaan fauna daerah ini. Beberapa di antaranya adalah cica daun Sumatera, cica daun besar, cica daun kecil, poksai Sumatera, kuau raja, serindit melayu, serta burung madu sepah raja. Semua burung tersebut masuk dalam kategori satwa dilindungi dan dilarang untuk dipelihara atau diperjualbelikan.

“Intinya, sebagai manusia yang memiliki akal budi, kita harus bisa menyesuaikan diri. Kita harus menjaga satwa-satwa ini agar tetap hidup di alamnya, namun juga memastikan keselamatan manusia tetap terjaga,” tegas Agung.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan