Materi Pertanian Perlu Masuk Kurikulum Sekolah Dasar
Ilustrasi - Petani memanen padi di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.-ANTARA-Jambi Independent
JAKARTA - Pengamat pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Dwi Apri Nugroho mengatakan materi pertanian dan teknologi pertanian perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap dunia pertanian.
"Saya kira dengan pengenalan pertanian dan teknologinya sedini mungkin di tingkat SD, SMP dan SMA, ada harapan di masa depan Indonesia bisa terbebas dari bayang-bayang impor (pangan)," kata Bayu dalam keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Kamis.
Dengan banyaknya generasi muda yang nantinya mau bergelut di bidang pertanian, menurut dia, Indonesia bakal efektif sebagai negara pengekspor pangan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlah petani pada 2019 mencapai 33,4 juta orang.
BACA JUGA:Audrey Zahra Dhiyaanisa Siap Bertempur di Kualifikasi Asian Rifle/Pistol Championship
BACA JUGA:Cedera Pinggang Gagalkan Langkah Hendra/Ahsan di Malaysia Open 2024
Dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang, dan sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun.
Bayu menuturkan salah satu cara yang harus dilakukan untuk menarik minat anak-anak muda ke dunia pertanian adalah mengenalkan teknologi di bidang pertanian kepada mereka sejak dini.
"Tidak hanya kepada anak-anak muda yang berasal dari anggota keluarga petani tetapi juga anak-anak muda yang notabene bukan dari keluarga petani," ujar dia.
Menurut dia, dengan mengenalkan pertanian dan teknologi pertanian mulai SD diharapkan imej terkait pertanian konvensional dan tidak modern bisa dihilangkan.
BACA JUGA:Juventus Melaju ke Semifinal Coppa Italia, Setelah Bantai Frosinone 4-0
BACA JUGA:Barcelona Raih Tiket Final Piala Super Spanyol 2023/2024 Usai Kalahkan Osasuna 2-0
"Sebagai contoh penggunaan drone. Kalau selama ini penggunaan drone hanya digunakan untuk foto-foto atau mendokumentasikan suatu kegiatan. Kenyataan drone juga bisa digunakan untuk memantau kondisi tanaman bahkan bisa digunakan untuk penyemprotan pupuk, pestisida di lahan-lahan sawah," kata dia.
Selain itu, kehadiran aplikasi-aplikasi pertanian yang baru di telepon pintar memudahkan para generasi muda memantau harga produk pertanian, saling berkomentar terkait pertanian hingga memantau kondisi lahan secara realtime.