Ini Solusi Anies dan Ganjar Terkait Permasalahan Praktik Pinjol untuk Bayar Ukt di Kampus

Pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengangkat tangan bersama saat penutupan Debat Kelima Capres Pemilu 202-Antara-

Pembagiaan pembiayaan seperti ini ditujukan untuk kalangan mahasiswa yang memang sesuai dengan strata mereka.

"Kalau kita ingin membangun dan basisnya adalah sumber daya manusia, saya kira tidak boleh diingkari bahwa betul pendidikan adalah investasi. Jangan dihitung-hitung sebagai sebuah cost," tegasnya.

Ganjar juga mencontohkan program di Jawa Tengah untuk menyekolahkan keluarga miskin secara gratis di SMK dan langsung kerja setelah lulus.

Nantinya, dia ingin program tersebut ditambah sampai pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Dia juga menekankan, negara harus berada di ruang publik terutama dalam bidang pendidikan untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada warga lemah, miskin, perempuan, maupun penyandang  disabilitas. 

"Sehingga mereka bisa mendapatkan akses pendidikan tinggi dengan murah," imbuh dia.

Kata Anies soal bayar UKT dengan pinjol

Sementara itu, capres nomor urut 1 Anies Baswedan ikut mengungkapkan solusinya atas polemik penggunan pinjol untuk membayar UKT.

"Kami melihat pendidikan tinggi sebagai supplier pembentukan kelas menengah Indonesia. Negara harus menempatkan pendidikan tinggi itu sebagai eskalator sosial ekonomi," katanya, Anies menyebutkan, negara perlu lebih banyak mengambil alih pembayaran biaya kuliah mahasiswa Indonesia.

 "Bukan justru malah dibebankan untuk universitas. (Ini) supaya dosen, pimpinan universitas bekerja pada pendidikannya, pengajarannya, penelitiannya, pengabdian masyarakat," tegasnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa negara seharusnya bisa mendapatkan sumber pendapatan untuk membayar biaya pendidikan dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh warga.

Pajak ini bersumber dari pajak yang dibayarkan setelah mahasiswa itu lulus dan masuk dalam masyarakat kelas menengah.

Namun, tidak dibayarkan ketika para mahasiswa masih bersekolah. "Jadi negara menciptakan universitas sebagai eskalator sosial ekonomi. Itu kira-kira kita juga lakukan," pungkasnya. (*)

Tag
Share