JAMBIKORAN.COM - Pemerintah merespon soal data sekitar 10 juta anak muda yang tak bekerja dan berkegiatan.
Asdep Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Chairul Saleh merespon bahwasanya pemerintah sudah menawarkan solusi yakni dengan mengikuti pra kerja.
"Pra kerja ini difungsikan untuk menyerap lulusan yang memang belum bekerja tapi masih dalam angkatan produktif, sehingga tidak punya waktu luang",ujar Chairul .
"jadi di prakerja ini, anak-anak muda usia produktif bisa update skill terus," ucapnya saat jumpa pers di Jakarta Pusat.
BACA JUGA:Pemkab Sarolangun Klaim Berhasil Turunkan Angka Pengangguran
BACA JUGA:Jumlah Pengangguran Meningkat
Dari pra kerja tersebut lanjut Chairul, fokus utama program pra kerja ialah menyasar para anak muda yang tidak sedang dalam masa pendidikan formal atau kerja.
"Dari platform pra kerja sendiri ini jadi yang pertama, dikoordinasikan Kemenko langsung. Semua serba transparan, APBN tidak berhenti. Jadi uang langsung masuk ke e-wallet penerima manfaat," sebutnya.
"Yang terpenting saat ini adalah kita sedang mapping kebutuhan pasar kerja yang menjangkau 5-10 tahun kedepan. Kita sedang bekerja sama dengan Kemenaker untuk itu, jadi kita butuh masukan dari industrinya sendiri, karena pemerintah bukan juru ramal," ujarnya.
Sebelumnya, menurut data panel Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran penduduk Indonesia Generasi Z (Gen-Z) berusia 15-24 tahun telah mencapai angka 10 juta penduduk.
BACA JUGA:Prabowo Tanya Soal Cara Atasi Pengangguran, Ini Jawaban Ganjar !
BACA JUGA:12 Ribu Jiwa Masih Pengangguran
Angka ini langsung menjadi perhatian masyarakat, terutama dari pihak Kementerian Ketenagakerjaan.
Menurut keterangan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, ada beberapa faktor yang mendasari tingginya angka pengangguran dari kalangan Gen-Z di Indonesia.
Salah satu faktor tersebut adalah karena Gen-Z dengan rentang usia 18-24 masih baru menyelesaikan pendidikan mereka, sehingga masih dalam tahap usia mencari kerja.