Masih Penuh Tantangan, Hilirisasi Kelapa Sawit di Jambi

Jumat 28 Jun 2024 - 19:17 WIB
Reporter : Surya Elviza
Editor : Rizal Zebua

Bonifasius Bramantya Wisnugraha dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan bahwa, berdasarkan data, Kemenperin (2022) menyebutkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi sebesar 3,5% terhadap PDB nasional.

BACA JUGA:Ekonomi Indonesia ‘survive’ dari Gejolak Geopolitik Global

BACA JUGA:Dukung Respons Cepat Pemerintah Batasi Produk Impor

“Hingga saat ini, industri kelapa sawit dari sektor hulu sampai hilir mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa," ujarnya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi jangka panjang Indonesia Maju 2045, yakni Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau tepat setelah 100 Tahun Kemerdekaan RI.  

Anugerah kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia, dalam hal ini kelapa sawit, tentunya perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia.

Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi.  

BACA JUGA:Tambang Saham

BACA JUGA:Norwegia Bersedia Merawat Warga Palestina yang Terluka dari Gaza

Manfaat kebijakan hilirisasi industri secara umum diantaranya meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal.  

Adanya kebijakan nasional hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. 

Benefit lainnya yang diperoleh dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, oleokimia dan bahan bakar terbarukan, Penyedia bahan baku potesial untuk industri-industri, Pemenuhan kebutuhan domestic dan ekspor, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan. 

Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi, baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor. 

BACA JUGA:Arca Buddha Abad ke-7 Ditemukan di Bukit Choras, Kedah Malaysia

BACA JUGA:Israel Dikritik karena Melepaskan Anjing ke Tahanan Palestina

Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu Oleofood, Oleochemical dan Biofuel. 

Kategori :