Penyakit Jantung Kardiomiopati: Jenis, Gejala, dan Pentingnya Deteksi Dini

Selasa 24 Sep 2024 - 16:19 WIB
Reporter : Finarman
Editor : Finarman

Jakarta - Kardiomiopati merupakan kondisi serius yang ditandai dengan kelainan pada otot jantung, mengakibatkan gangguan dalam fungsi pemompaan darah.

Menurut dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, kardiomiopati sering berkembang tanpa gejala jelas pada tahap awal, sehingga banyak orang baru menyadari adanya masalah saat kondisinya sudah parah.

Kardiomiopati paling umum terjadi pada usia muda, dengan puncak insidensi di usia 30 hingga 40 tahun. Memahami jenis-jenis kardiomiopati dan gejalanya sangat penting untuk deteksi dini.

Jenis-Jenis Kardiomiopati

BACA JUGA:Sinopsis Drama Dear Hyeri, Seorang Wanita Berkepribadian Ganda

BACA JUGA:Punya Makna Tersendiri Soal Nomor Urut yang Diperoleh

1. Kardiomiopati Dilatasi

Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati yang paling umum.

Dalam kondisi ini, otot jantung akan melemah sehingga dinding bilik jantung (ventrikel) akan mengalami penipisan dan ruang jantung membesar. Konsekuensinya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif.

Gangguan ini ditandai dengan gejala seperti sesak napas, cepat lelah, dan pembengkakan pada kaki atau perut.

2. Kardiomiopati Hipertrofik

BACA JUGA:Kenali Gejala Infeksi Saluran Kemih dan Cara Mengatasinya

BACA JUGA:Mimpi Bertemu Orang yang Sudah Meninggal, Bernarkah Kita Rindu Seseorang?

Dinding jantung, khususnya ventrikel kiri, mengalami penebalan yang berlebihan dan tidak lazim dalam kondisi kardiomiopati hipertrofik. Adanya hipertrofi dari otot jantung ini akan menyebabkan dinding bilik jantung menjadi mengeras dan kaku sehingga berdampak pada gangguan relaksasi jantung, suatu fase yang penting dalam pengisian darah ke dalam bilik jantung sebelum dipompakan ke seluruh tubuh.

Jenis kardiomiopati ini merupakan yang paling sering dijumpai, angka kejadiannya sekitar 1 dari 500 penduduk sehat. Penyebabnya hampir selalu mutasi genetik atau keturunan. Gejalanya dapat berupa nyeri dada, berdebar, dan pingsan.

3. Kardiomiopati Restriktif

Kardiomiopati restriktif ditandai perubahan struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan pengerasan otot jantung tanpa adanya penebalan dinding. Jenis kardiomioapti ini lebih jarang ditemui dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. Serupa dengan kardiomiopati hipertrofik, kondisi restriktif akan menyebabkan gangguan berat pada fase relaksasi otot jantung, sehingga berakibat gagal jantung dengan gejala berat dan umumnya sulit untuk diobati.

BACA JUGA:Yuk Intip, Dana Pensiun hingga Jatah Rumah untuk Presiden Joko Widodo Usai Lengser

BACA JUGA:Sinopsis Drama Dear Hyeri, Seorang Wanita Berkepribadian Ganda

4. Kardiomiopati Aritmogenik

Kelainan ini secara spesifik disebabkan oleh perubahan jaringan otot jantung yang normal menjadi jaringan lemak fibrosa. Secara statistik, kondisi ini lebih sering mengenai atau dimulai dari bilik jantung sebelah kanan, namun pada sebagian kasus bisa meluas hingga ke bilik jantung kiri.

Kondisi ini sering kali menyebabkan aritmia atau gangguan irama jantung yang fatal, jauh sebelum manifestasi gejala gagal jantung terjadi. Hal ini berkaitan dengan insidensi henti jantung atau kematian jantung mendadak yang lazimnya dijumpai pada pasien usia muda dengan penampilan sehat tanpa gejala sebelumnya.

Gejala

Siapa saja dapat mengalami kardiomiopati, terlepas dari usia atau jenis kelaminnya. Namun, beberapa kelompok lebih berisiko terkena kardiomiopati, termasuk kelompok orang dengan riwayat penyakit dalam keluarga, faktor genetik, riwayat infeksi atau peradangan jantung, penyakit sistemik, dan penyintas kanker.

Gejala kardiomiopati sering kali bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Gejala umum yang mungkin dialami meliputi, sesak napas, kelelahan, pembengkakan, nyeri dada, berdebar dan pingsan terutama saat berolahraga.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis kardiomiopati, dokter akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan spesifik selain pemeriksaan fisik, antara lain Elektrokardiografi (EKG), Ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium darah, MRI jantung, tes genetik, hingga biopsi jantung.

Ekokardiogram adalah metode non-invasif dan sangat praktis serta efektif dalam mengidentifikasi perubahan struktural yang terkait dengan kardiomiopati.

Ekokardiogram menghasilkan gambar jantung dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan oleh jaringan jantung (ultrasonografi). Hal tersebut memungkinkan dokter untuk melihat struktur jantung, ukuran bilik jantung, ketebalan dinding, dan dinamika fungsi jantung.

MRI dapat membantu dalam menilai kerusakan pada otot jantung dan perubahan struktural yang tidak selalu terlihat pada ekokardiogram. Dengan demikian, pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi abnormalitas struktur jantung, serta sangat berguna dalam penegakan diagnosis kasus sulit yang sering kali terlewatkan dengan tes metode lain.

Risiko henti jantung

Sebagian besar kasus kardiomiopati dapat menimbulkan risiko aritmia fatal dan henti jantung yang berakibat pada kematian jantung mendadak.

Kejadian ini justru seringkali dialami oleh pasien yang gejalanya relatif ringan atau bahkan tanpa gejala sebelumnya. Dengan kata lain, komplikasi fatal ini dapat terjadi sebagai manifestasi awal pada penderita dengan kardiomiopati, sebelum gejala lain atau gagal jantung muncul.

Kardiomiopati takotsubo atau dikenal sebagai broken heart syndrome adalah kondisi unik yang gejalanya mirip dengan serangan jantung, yaitu nyeri dada atau sesak napas mendadak.

Namun, kondisi ini tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, melainkan karena kerusakan sementara otot jantung yang dipicu oleh hormon stres yang dilepaskan secara berlebihan yang bersifat toksik bagi otot jantung.

Hal ini sering kali ditemukan pada perempuan usia setelah menopause sesaat setelah dipicu oleh stres emosional atau fisik yang berat, termasuk seusai kejadian penyakit akut lain yang berat seperti perdarahan otak.

Transplantasi jantung biasanya dipertimbangkan jika kardiomiopati sudah menyebabkan gagal jantung terminal yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan atau intervensi lain. Ini adalah langkah terakhir untuk memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Sedangkan rehabilitasi jantung melibatkan program latihan, edukasi, dan dukungan psikologis untuk membantu pasien dengan kardiomiopati meningkatkan kesehatan jantung dan kualitas hidup. Ini termasuk latihan fisik yang aman, manajemen stres, dan perubahan gaya hidup. (*)

Kategori :