JAMBIKORAN.COM – Pada perdagangan Rabu, harga emas spot anjlok hingga 3% dan menyentuh level US$ 2.660 per troy ons.
Harga emas mengalami penurunan tajam setelah Donald Trump diumumkan sebagai pemenang Pilpres AS, mengalahkan Kamala Harris.
Menurut Andy Nugraha, seorang analis di Dupoin Indonesia, pelemahan harga emas ini disebabkan oleh lonjakan dolar AS yang semakin menarik minat investor.
Dalam kondisi ini, penguatan dolar AS telah menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga emas. Kemenangan Trump meningkatkan ekspektasi akan kebijakan ekonomi yang mendukung pasar dan bisnis.
BACA JUGA:Harga Emas Perhiasan Pengaruhi Inflasi di Jambi
BACA JUGA:Bappeda-Litbang Gandeng Peneliti Unand dan UNP Melakukan Penelitian di Kerinci
Lonjakan dolar terlihat dari peningkatan Indeks Dolar AS (DXY), yang naik lebih dari 1,3% ke level tertinggi 105,32 pada hari Rabu. Kondisi ini menandakan aliran modal besar ke dolar AS, menekan harga emas hingga ke level terendah tiga minggu di US$ 2.646 pada Kamis.
Selain itu, kebijakan Trump yang diharapkan dapat mengurangi pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis telah mendorong pasar saham AS, membuat S&P 500 dan Dow 30 futures masing-masing naik 2,2% dan 1,3% dalam perdagangan pra-pasar.
Kebangkitan pasar saham AS menyebabkan investor meninggalkan emas, yang sering dianggap sebagai aset defensif.
Selain itu, nilai bitcoin mencatat kenaikan luar biasa hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$ 75.407.
BACA JUGA:Debat Publik akan Digelar di Gedung LPTQ Sarolangun
BACA JUGA:Bawaslu Muarojambi Gelar Rakor Bersama Stakeholder
Para investor tampak beralih ke mata uang kripto ini, mengingat janji Trump untuk mendukung regulasi yang lebih longgar bagi sektor kripto.
Menurut Andy, arus modal yang bergeser ke bitcoin dan saham ini menunjukkan dorongan kuat investor terhadap aset berisiko, yang makin menekan harga emas.
Dari sisi teknikal, Andy mencatat bahwa indikator Moving Average saat ini menunjukkan tren bearish kuat pada pasangan XAU/USD.