Beberapa Sikap Agar Batin Tenang di Usia Sekarang

Selasa 07 Jan 2025 - 19:38 WIB
Reporter : Antara

HIDUP dewasa bukan sekadar tentang pekerjaan, hubungan, atau pencapaian.
Seringkali, hidup terasa lebih penuh dengan kecemasan, tuntutan, dan keraguan yang datang tanpa diundang.
Ternyata, di tengah semua itu, ada sebuah kunci sederhana yang bisa membantumu merasa lebih tenang dan damai: mindfulness.
Bukan hanya konsep meditasi atau yoga, mindfulness adalah cara melihat dunia dengan lebih jelas, penuh perhatian, dan penuh kasih sayang pada diri sendiri.
Di usia sekarang, saat segala sesuatu seakan bergerak begitu cepat, sikap-sikap mindfulness ini bisa jadi sahabat terbaikmu untuk menjaga kedamaian batin, antara lain:


1. Berhenti Sebentar: Menjaga Jarak dari Kecemasan
Seringkali kita merasa harus terus maju, mengejar satu hal setelah hal lainnya tanpa henti. Mindfulness pertama yang perlu diterapkan adalah memberi ruang untuk berhenti sejenak.
Tidak selalu soal meditasi atau hening total, tapi lebih kepada memberi ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat dari kecemasan yang menumpuk.
Coba mulai dengan berhenti sejenak setiap beberapa jam untuk menarik napas dalam-dalam, melihat sekitar, dan memberi ruang pada diri sendiri untuk reset sejenak.
Momen sederhana ini seperti memberi ruang kosong di dalam kepalamu, membiarkan diri meresapi setiap detail yang ada.
Tanpa gangguan, tanpa beban. Ketika kita memberi ruang untuk diri sendiri berhenti sejenak, kita memberi kesempatan pada batin untuk menenangkan diri dan melepas segala hal yang mengganggu.
Jika kamu melakukannya dengan rutin, kamu akan merasa ada perubahan yang luar biasa dalam tingkat kecemasanmu.


2. Menjadi Pengamat yang Berpikiran Terbuka
Sikap mindfulness selanjutnya adalah kemampuan untuk menjadi penonton dalam hidupmu sendiri.
Artinya, kamu mengamati setiap emosi, pikiran, atau reaksi tanpa terbawa arus. Ini bukan soal mengabaikan atau menekan perasaan, tetapi lebih kepada menerima apa adanya.
Misalnya, jika kamu merasa cemas atau marah, coba amati perasaan itu tanpa terlarut di dalamnya.
Bayangkan kamu sedang menonton film yang tidak kamu sutradarai. Kamu hanya menyaksikan apa yang terjadi, tanpa mencoba mengubah alur cerita.
Begitu pula dengan perasaanmu—mereka datang dan pergi, tetapi kamu tidak perlu terjebak di dalamnya. Teknik ini membantu batinmu untuk tidak terbebani oleh reaksi spontan yang kadang memperburuk situasi.
Menjadi penonton dalam hidupmu tidak hanya menciptakan ketenangan, tetapi juga memberi kesempatan untuk introspeksi.
Dengan mengamati, kamu bisa menemukan pola-pola perilaku atau reaksi yang seharusnya bisa diubah agar hidup lebih tenang.


3. Menghargai Keheningan: Membiarkan Diri Tumbuh dalam Diam
Di dunia yang penuh suara dan hiruk-pikuk ini, keheningan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan.
Padahal, keheningan adalah tempat kita bisa mendengarkan suara batin kita dengan lebih jelas. Mindfulness yang satu ini mengajarkan kita untuk memberi ruang pada keheningan, baik di dalam diri maupun sekitar kita.
Coba sesekali kamu habiskan waktu di tempat yang sunyi, jauh dari kebisingan, dan biarkan pikiranmu melayang tanpa gangguan apapun.
Keheningan bukan berarti kesepian, melainkan kesempatan untuk kembali menghubungkan diri dengan diri sendiri.
Dalam diam, kita bisa lebih peka terhadap kebutuhan batin kita yang sering kali terabaikan. Banyak ide dan inspirasi datang dalam keheningan yang menenangkan. Menghargai keheningan memberi kita kesempatan untuk tumbuh dan memperbaharui diri.
Keheningan ini adalah cara kita mengasah perhatian dan meningkatkan kejelasan dalam hidup. Dengan berada di tengah ketenangan, kita bisa memandang kehidupan dengan lebih bijaksana, tidak terjebak dalam kekhawatiran yang tidak perlu.


4. Menerima Ketidaksempurnaan: Cinta tanpa Syarat pada Diri Sendiri
Di usia sekarang, kita seringkali dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak semua hal berjalan sesuai rencana.
Mindfulness juga mengajarkan kita untuk menerima ketidaksempurnaan. Alih-alih berfokus pada apa yang salah, coba lihat apa yang sudah berjalan dengan baik.
Tak ada salahnya untuk memberi apresiasi pada diri sendiri meski perjalanan hidup tidak selalu mulus.
Menerima ketidaksempurnaan berarti kita juga belajar untuk menerima kelemahan, kegagalan, atau hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Ini bukan soal pasrah, tapi tentang mencintai diri dalam kondisi apapun. Ketika kita bisa menerima diri sepenuhnya, termasuk kekurangan dan kekeliruan, kita memberikan ruang bagi diri kita untuk berkembang tanpa beban yang menahan.
Sikap ini mengajarkan kita untuk berdamai dengan kenyataan bahwa kita tidak perlu menjadi sempurna untuk merasa berharga. Kita tetap layak untuk dicintai, dihargai, dan diterima, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.(*)




Tags :
Kategori :

Terkait