Deepfake Suara Diprediksi Jadi Ancaman Siber Utama pada 2025

Rabu 15 Jan 2025 - 11:00 WIB
Reporter : Finarman WP
Editor : Finarman WP

JAKARTA  – Teknologi deepfake berbasis suara diprediksi akan menjadi ancaman siber yang signifikan pada tahun 2025. Prediksi ini disampaikan oleh Steven Scheurmann, Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN, dalam sebuah media briefing yang digelar daring pada Selasa 13 Januari 2025.

Menurut Steven, deepfake suara lebih berpotensi menjadi ancaman besar dibandingkan deepfake video karena lebih mudah dilakukan oleh peretas.

"Peretas cenderung memilih target yang paling mudah untuk dikompromikan, dan deepfake suara adalah yang paling mudah. Teknologi AI generatif yang semakin canggih memungkinkan manipulasi suara dengan mudah, apalagi jika suara individu tersebut sering muncul di publik," ujar Steven.

Deepfake, yang mencakup manipulasi foto, video, dan audio menggunakan kecerdasan buatan (AI), memungkinkan pembuatan suara yang sangat mirip dengan suara asli seseorang. Hal ini menjadi masalah serius karena peretas dapat menggunakan data suara yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menciptakan deepfake yang sangat realistis, yang semakin sulit dibedakan dari suara asli.

BACA JUGA:OJK Catat Kinerja Jasa Keuangan Provinsi Jambi Tumbuh Positif

BACA JUGA:Cek Endra Terima Kunjungan Pimpinan DPRD Kota Jambi, Bahas Penambahan Kuota Jargas 2025

"Deepfake suara ini lebih mudah dilakukan, lebih mudah dikirim, dan hasilnya pun lebih cepat. Peretas bisa mendapatkan keuntungan finansial melalui penipuan atau serangan ransomware, yang menjadi tujuan utama mereka," tambah Steven.

Arthur Siahaan, Technical Solutions Manager Palo Alto Networks Indonesia, menambahkan bahwa kemajuan teknologi AI generatif tidak hanya memudahkan manipulasi suara tetapi juga memungkinkan pembuatan email atau pesan yang sangat meyakinkan.

Hal ini membuat serangan phishing lebih sulit dideteksi oleh para pengguna, terutama yang tidak memiliki latar belakang teknis.

"Peretas dapat membuat email yang sangat mirip dengan yang dikirim oleh pimpinan atau rekan kerja, sehingga target lebih mudah terjebak. Hal-hal seperti inilah yang akan semakin populer di tahun 2025," kata Arthur.

BACA JUGA:Pendaftaran Calon Ketua KONI Kota Jambi 2025-2029 Dimulai, Cek Ini Syarat dan Prosedurnya

BACA JUGA:“Back to Home” Gaungkan Semangat Anak Muda, Jadikan Museum Sebagai Ruang Publik


Untuk menghadapi ancaman ini, Arthur menekankan pentingnya pendekatan keamanan siber yang lebih komprehensif. Ia menegaskan bahwa perusahaan tidak bisa hanya bergantung pada sistem keamanan tradisional seperti firewall, tetapi memerlukan platform keamanan terpadu yang dapat mendeteksi ancaman dengan lebih cepat dan akurat.

"Penting untuk memiliki satu platform keamanan yang dapat mendeteksi ancaman lebih cepat. Tidak cukup hanya dengan firewall saja," kata Arthur.

Selain itu, edukasi kepada pengguna juga menjadi kunci dalam mencegah serangan berbasis deepfake. Pengguna yang teredukasi dengan baik akan lebih berhati-hati terhadap potensi ancaman ini, sehingga dapat meminimalisir risiko serangan siber berbasis deepfake di masa depan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, ancaman deepfake suara diprediksi akan semakin kompleks, sehingga penting bagi perusahaan dan individu untuk memperkuat langkah-langkah keamanan siber guna melindungi data dan informasi penting. (*)

Kategori :