Saya tidak kenal pribadi dengan tokoh hebat dari Solo satu ini: Mudrick Sangidu. Tapi Anda pun kenal reputasinya: tokoh pergerakan. Aktivis. Namanya menasional: si Mega Bintang.
Tiga bulan sebelum meninggal Minggu kemarin pun Mudrick masih demo. Di umurnya yang 81 tahun. Tertatih. Pakai penyangga tubuh.
Tahun-tahun belakangan demonya tetap: tentang Presiden Jokowi.
Demo terakhirnya itu dilaksanakan di depan DPRD Solo. Sebenarnya ia sudah tidak boleh jalan lagi. Bukan tidak kuat jalan. Ia kuat sekali –untuk ukuran usia segitu. Hanya saja telapak kakinya sakit kalau dibuat berjalan. Ia berkeras demo meski harus pakai penyangga kaki.
Di tengah menerima ucapan duka cita saya menghubungi putra sulung Mudrick: Damar Mudrick. Ia anak pertama dari tiga bersaudara.
"Tanya pak Boyamin saja. Beliau lebih tahu ayah saya daripada siapa pun," ujar Damar.
Yang dimaksud adalah Boyamin Saiman, pengacara terkenal pendiri Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI).
"Saya memang anak pungut Pak Mudrick," ujar Boyamin yang lagi melayat di Solo.