Disaat Eva sudah pergi, barulah Alex dan Evan muncul dari tempat persembunyian. “Dia emang bukan gaya kita sih, tapi keknya dia baik, jadi kami restui kok”.
Aku tersenyum mendengar kalimat itu “Udah kayak orang tua aja kalian. Btw kalian tau niat salat ashar gak?”.
Beberapa hari lagi terus berlalu, aku dan Eva hanya bertegur sapa saja di kampus, dan terkadang memperhatikan Eva yang sedang beraktivitas dari kejauhan.
BACA JUGA:Kampanye Ganjar-Mahfud Lebih Masif Turun ke Bawah
BACA JUGA:Terima Logistik Surat Suara Pemilu 2024
Suatu hari, aku melihat Eva dan temannya seperti sedang kesulitan, aku pun menghampiri mereka “Ada apa Eva?”.
Eva menoleh ke arahku “Oh Riki, sebenernya aku ada tugas observasi kesekolah yang jaraknya cukup jauh dari sini. Rina temanku ini sudah janji mau nganterin tapi tiba-tiba dia dapet kelas dadakan dari dosen, sedangkan aku ga bisa bawa motor” jawab Eva.
Tanpa basa-basi aku menawarkan tumpangan, tapi Eva menolak karena motor sport ku yang tempat duduknya sangat berdekatan, belum lagi akan repot karena ada beberapa properti yang harus Eva bawa.
“Bawa aja nih motorku” Rina teman Eva menawarkan motornya.
BACA JUGA:Rangkul Alumni Perguruan Tinggi Menangkan Prabowo-Gibran
BACA JUGA:D`Cinnamons rilis single ``Ma..``
Karena tidak ada pilihan lain Eva pun menyetujuinya. Betapa terkejutnya aku melihat motor Rina adalah sebuah Vespa antik, karena kalau sampai diliat Alex dan Evan, mereka pasti tertawa.
Meski begitu, aku begitu menikmati perjalanan ini, berada didekat Eva membuatku begitu damai. Sesampainya di sekolah, kami langsung disambut anak-anak SD disana, dan ada juga beberapa teman Eva yang sedang mengerjakan tugas.
Bertambah lagi moment ku bersama Eva yaitu bermain bersama anak-anak disini. Suasana begitu menyenangkan, aku ingin merasakan ini selamanya. Lagi-lagi waktu terasa cepat, kami pun kembali ke kampus.
Eva tiba-tiba mengajak berhenti di pohon tepi danau tempat kami sebelumnya berkenalan.
BACA JUGA:Menhub Tekankan Data Posko Nataru Harus Transparan