Rangkaian acara dimulai dengan penyembelihan kerbau sebagai simbol pengorbanan dan penghormatan kepada leluhur.
BACA JUGA:Iran Bahas Program Nuklir dan Sanksi Barat
BACA JUGA:Desak Anggota PBB Terapkan Sanksi, Embargo Senjata Atas Israel
Setelah itu, benda-benda pusaka diturunkan dari tempat penyimpanan untuk disucikan dalam prosesi khusus.
Pusaka-pusaka ini berada di bawah penjagaan tiga pemimpin adat yang disebut Depati Tigo Luhah, yaitu Pucuk Depati Talam Tuo, Depati Bumi, dan Depati Sekumbang.
Penyucian dilakukan secara bergilir di masing-masing rumah adat atau rumah gadang para depati.
Menariknya, penyucian benda pusaka tidak dilakukan dengan membasuh menggunakan air secara langsung. Sebaliknya, ritual yang disebut palimauan ini dilakukan dengan membasahi tangan dengan air perasan jeruk limau, lalu mengusapkannya secara perlahan ke permukaan pusaka.
BACA JUGA:4 Makanan Kaya Karbohidrat yang Aman Dikonsumsi, Sehat dan Bikin Kenyang
BACA JUGA:Waspadai Ciri-Ciri Kanker Paru, Sering Diabaikan
Setelah disucikan, benda-benda pusaka dikembalikan ke kotaknya dan hanya boleh dikeluarkan kembali saat Kenduri Sko berikutnya. Dengan cara ini, pusaka tetap terjaga dari kerusakan akibat cuaca maupun sentuhan manusia.
Dalam budaya Kerinci yang menganut sistem matrilineal, garis keturunan ditarik dari pihak ibu. Tak heran jika gelar adat dan harta pusaka tinggi seperti rumah dan sawah diwariskan melalui jalur perempuan.
Istilah “sko” sendiri berasal dari kata “saka” yang berarti leluhur dari pihak ibu, mencerminkan nilai dan struktur sosial masyarakat adat setempat.
Pada hari ketiga pelaksanaan Kenduri Sko, diadakan upacara pemberian gelar adat kepada tokoh-tokoh yang dianggap berjasa atau memiliki hubungan dengan komunitas adat.
BACA JUGA:Salzburg dan Qarabag Amankan Kemenangan Tandang, Leg Pertama Liga Champions
BACA JUGA:GP Belgia Jadi Ujian Awal Era Baru Red Bull Tanpa Horner
Salah satu momen penting dalam penyelenggaraan terakhir adalah penobatan Direktur Perfilman, Musik, dan Media dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai Depati Talam Rajo Batuah.