Wamentan Ungkap Penyebab Gula Petani Tak Laku

Jumat 12 Sep 2025 - 19:17 WIB
Reporter : Surya Elviza
Editor : Surya Elviza

JAKARTA - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan salah satu penyebab tidak terserapnya gula petani dikarenakan bocornya gula rafinasi di pasar yang memiliki harga lebih murah. 

"Gula rafinasi itu harganya jauh lebih murah daripada gula konsumsi. Nah kalau gula rafinasi yang lebih murah ini leaking, kan ini namanya kejahatan dong ya," ujar Sudaryono di Jakarta, Kamis, 11 September 2025.

Ia menjelaskan gula rafinasi merupakan gula yang diperuntukkan bagi industri dan tidak diperjualbelikan di pasar tradisional.

Namun, menurut Sudaryono, gula rafinasi yang bocor ke konsumen ternyata banyak ditemukan di pasar tradisional.

BACA JUGA:KLH Telusuri Sumber Radiasi, Diduga dari Pabrik Logam Cikande

BACA JUGA:Prabowo Minta Fraksi Gerindra DPR Jaga Tingkah Laku

Dengan harga gula rafinasi yang lebih murah, maka pedagang mendapat keuntungan lebih saat dijual ke konsumen. 

"Ditemukan di banyak pasar. Gula rafinasi itu kan strict, dia kebutuhannya untuk kebutuhan industri saja, makanan dan minuman dan seterusnya ya. Itu kan nggak boleh dijual kiloan kepada masyarakat," ujar dia. 

Sudaryono mengatakan pemerintah akan menindak tegas pelaku yang melakukan peredaran gula rafinasi, baik dari pedagang maupun perusahaan yang melakukan gula impor gula rafinasi.

Penindakan itu akan dilakukan melalui beberapa cara mulai dari pengusaha tersebut dimasukkan daftar hitam hingga pidana.

"Petani sudah dirugikan, dan dia ngambil untung dengan cara yang nggak benar. Itu yang harus kita tindak tegas," katanya.

Namun demikian, ia belum bisa menyebutkan berapa jumlah kebocoran gula rafinasi yang tersebar di masyarakat.

Kebocoran atau rembesan penjualan gula rafinasi bagi konsumen, lanjut Sudaryono, telah menimbulkan efek signifikan bagi petani.

"Efeknya adalah gula konsumsi yang diproduksi dari tebu petani yang digiling di pabrik gula, itu serapannya rendah. (Kalau) 100 ribu ton macet (tidak terserap) sehingga kan itu merugikannya ya, merugikan petani," kata Sudaryono. (*/Viz)

 

Kategori :