JAMBI - Memasuki musim penghujan, Pemerintah Provinsi Jambi tengah menyiapkan langkah penanganan banjir saat musim penghujan.
Meski telah memasuki musim penghujan, Pemerintah Provinsi Jambi belum menetapkan status siaga banjir. Akan tetapi, Pemprov Jambi telah menyiapkan serangkaian kesiapsiagaan sejak beberapa waktu lalu. Sementara keputusan penetapan status siaga, masih menunggu laporan resmi dari kabupaten dan kota.
“Kami masih menunggu masukan dari daerah. Sampai saat ini belum ada laporan kondisi siaga dari kabupaten/kota,” kata Sekda Provinsi Jambi, Sudirman, Senin (15/9).
Menurutnya, rapat koordinasi penetapan status siaga banjir akan digelar setelah pemerintah provinsi menerima minimal dua laporan status siaga dari pemerintah daerah.
BACA JUGA:Puncak Musim Hujan Terjadi pada November
BACA JUGA:Siswa Terpaksa Belajar di Lantai, KBM SMPN 20 Kembali Normal
“Kalau ada dua kabupaten/kota yang menyatakan siaga banjir, baru kami tindak lanjuti dengan penetapan status siaga provinsi,” ujarnya.
Pemprov Jambi menyebutkan data dari BMKG menunjukkan curah hujan ringan hingga sedang sudah mulai terjadi pada September ini. Namun, kondisi di lapangan dinilai belum cukup untuk menetapkan status siaga banjir tingkat provinsi.
Selain mengantisipasi banjir, pemerintah provinsi juga masih fokus menjaga kondisi lahan gambut dan potensi kebakaran hutan.
“Kita masih menjaga Karhutla, masih belum habis,” kata Sudirman.
Sementara itu, pada bulan September ini telah terjadi penurunan jumlah titik panas (hotspot). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi, hingga 13 September 2025, terdapat 79 hotspot, sementara pada Agustus 2025 jumlahnya mencapai 148 hotspot.
“Jumlah hotspot di Jambi bulan ini memang menurun dibandingkan bulan lalu. Agustus tercatat ada 148 titik, sedangkan hingga pertengahan September hanya 79 titik,” ujar Nabilatul Fikroh, Ketua tim bidang data dan informasi, stasiun meteorologi Kelas I Sultan Thaha Jambi, Senin (15/9).
Meski demikian, Nabilatul mengingatkan bahwa angka tersebut masih perlu diwaspadai karena potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tetap ada, terutama di daerah yang memiliki catatan hotspot cukup tinggi. Adapun sebaran hotspot sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat paling banyak pada Juli dengan 148 titik, kemudian Agustus 148 titik, dan September 79 titik.
Ia menjelaskan, berdasarkan persebaran per kabupaten/kota, Sungai Penuh menjadi daerah dengan jumlah hotspot tertinggi yaitu 92 titik, disusul Merangin 80 titik, Muaro Jambi 68 titik, dan Tanjab Barat 51 titik. Sementara daerah lain seperti Tebo, Batanghari, Bungo, dan Kerinci mencatatkan jumlah hotspot yang lebih sedikit. (cr01/enn)