JAMBI - Harga Sembako di Pasar Angso Duo, saat ini masih tergolong tinggi. Namun, dinilai masih terjangkau oleh masyarakat. Menjelang bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, biasanya kebutuhan sembako lebih tinggi dari biasanya.
Hal ini harus diimbangi oleh ketersediaan pasokan, sehingga harga masih bisa dijangkau masyarakat.
BACA JUGA:Tips Menghilangkan Jerawat untuk Ibu Hamil
BACA JUGA:Pj Bupati Bachyuni Deliansyah Kukuhkan LAM di Desa Sungai Dayo
Purnomo Sidi, Kepala Pasar Angso Duo Jambi mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan ketersediaan pasokan saat ini. Khususnya cabai, ketika musim kemarau dengan dibarengi fenomena elnino kemarin, memang pasokan cabai secara nasional menurun.
Namun Maret ini, pasokan diprediksi kembali normal, menyusul musim hujan telah berlangsung sejak beberapa waktu belakangan.
Saat ini, harga cabai di pasar Angso Duo masih tergolong tinggi, namun telah terjadi penurunan. Dia mengatakan, per 1 Maret kemarin, harga cabai merah di pasar Angso Duo terpantau Rp 65 ribu perkilogram. Turun dari harga sebelumnya yakni Rp 70 ribu.
"Cabe rawit Rp 34 ribu, rawit merah Rp 30 ribu, bawang merah Rp 26 ribu perkilogramnya, bawang putih Rp 34 ribu," katanya.
Beras, menurutnya, juga mengalami sedikit penurunan harga. Dimana beras anggur Rp 15 ribu perkilogramnya, beras King Rp 14 ribu, beras SPHP Rp 11.400, dan beras Naruto Rp 11 ribu perkilogramnya.
Kemudian harga minyak juga dalam harga masih terjangkau. Untuk minyak curah Rp 14 ribu perkilogramnya, dan minyak kemasan bermerek Rp 16 ribu perkilogramnya.
Dia mengatakan, saat ini memang stok cabai merah menipis. Karena pasokan dari Aceh dan Medan juga berkurang. Namun, masyarakat Jambi tidak perlu khawatir ketika bulan puasa nanti. Pada pertengahan Maret ini, di Pulau Jawa berlangsung panen cabai. Sehingga, bisa dipastikan pasokan tercukupi, dan harga kembali normal.
Kemudian yang juga menjadi keluhan masyarakat, adalah harga daging segar yang dikhawatirkan melambung pada bulan puasa dan lebaran. Namun, Purnomo Sidi kembali mengimbau agar masyarakat tidak khawatir. Sebab, pasar Angso Duo telah menyiapkan 609 ekor sapi dan kerbau untuk memenuhi kebutuhan.
"Setiap ekornya, bisa menghasilkan 200 kilogram daging segar. Dengan demikian, kita masih bisa menjaga agar harga tetap terjangkau oleh masyarakat. Ketersediaan beras juga tidak perlu khawatir. Karena kami sudah cek juga di Bulog, ada 6.000 ton beras, itu cukup," tandasnya.
Sementara, musim hujan dengan intensitas yang tinggi, membuat sebagian lahan pertanian masyarakat terdampak. Tidak hanya menganggu pertumbuhan tanaman, namun ada juga yang mengalami gagal panen. Salah satunya yang terjadi di lahan pertanian cabai masayarakat Jambi.
Setidaknya, ada 51 hektar lahan pertanian cabe di Provinsi Jambi terdampak banjir. Sementara yang mengalami puso atau gagal panen, seluas 13,4 hektar. Hal ini disebutkan oleh Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas TPHP Provinsi Jambi, Khairul Asrori.
Khairul mengatakan, musim hujan dengan intensitas tinggi ini, telah merendam sebagian lahan pertanian cabai.
"Luas lahan yang terdampak itu untuk cabai sekitar 51 hektar kemudian yang puso ada seluas 13,40 hektar," katanya, Minggu 3 Maret 2024.
Untuk tanaman cabai, kata Khairul, memang bukan menjadi tanaman sentra di Provinsi Jambi. Sehingga tidak akan mencukupi kebutuhan di Provinsi Jambi. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pasokan cabai juga didatangkan dari luar daerah.
"Ketersediaan cabai kita tetap mendatangkan dari luar daerah Jambi, misalnya dari Curup Bengkulu, Sumbar, Aceh, Medan dan Jawa. Karena memang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Provinsi Jambi produksi kita tidak terpenuhi. Daerah kita kan bukan termasuk daerah sentral," ujarnya.
Selain itu, pihaknya tetap menganggarkan melalui dana APBD untuk membantu para petani dalam bertani cabai.
"Bantuan khusus untuk membantu yang gagal panen itu tidak ada, tetapi mereka kita tarik kembali sebagai petani untuk menerima bantuan reguler," ucapnya.
"InsyaAllah tahun ini ada bantuan sekitar 25 hektare yang tersebar di beberapa kabupaten. Rata-rata per kabupaten ada 2 hektar," pungkasnya.
Untuk lahan pertanian cabai di Provinsi Jambi, paling banyak di daerah Kerinci, kemudian Jangkat Merangin, dan sebagian ada juga di Marosebo Ulu, Kabupaten Muarojambi.
"Di daerah tinggi yang banyak lahan cabai. Kalau daerah lain ada juga, namun kualitasnya tidak sebagus cabai di daerah tinggi," tandasnya. (enn/ira)