Moskow - Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan pasukan Israel memaksa evakuasi staf dan pasien di Rumah Sakit Al Amal di Kota Khan Yunis, Jalur Gaza selatan dan memblokade pintu masuk ke fasilitas kesehatan tersebut.
Sebelumnya pada Minggu (24/3), PRCS mengaku kehilangan komunikasi dengan stafnya di Rumah Sakit Al Amal.
BACA JUGA:Manfaat Puasa untuk Menurunkan Darah Tinggi
BACA JUGA:Ditangkap di Pulau Jawa, Dua Pelaku Dijera UU ITE
“Rumah Sakit Al Amal di Khan Yunis tidak dapat digunakan setelah pasukan pendudukan memaksa evakuasi staf rumah sakit dan para korban luka dan menutup pintu masuk dengan penghalang dari tanah,” tulis PRCS di X.
Total 27 staf, enam pasien dan satu orang pendamping dievakuasi dari rumah sakit melalui koordinasi dengan Kantor Urusan Kemanusiaan PBB dan Komite Palang Merah Internasional, katanya.
PRCS pada Sabtu mengatakan bahwa total 364 dokter, perawat dan paramedis di Gaza terbunuh sejak eskalasi konflik Israel-Palestina berlangsung.
Pada Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina Hamas meluncurkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel dari Jalur Gaza dan melanggar perbatasan hingga menewaskan 1.200 orang, dan Hamas menculik sekitar 240 orang lainnya.
Israel kemudian melakukan serangan balasan, memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza dan mulai melakukan serangan darat ke wilayah kantong Palestina tersebut untuk melenyapkan para petempur Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Hingga kini lebih dari 32.300 orang di Jalur Gaza terbunuh, ungkap otoritas setempat.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyesalkan keputusan Israel yang menghalangi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memberikan bantuan penting ke Gaza, kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq, Senin.
"Sekretaris Jenderal (Guterres) menyesalkan keputusan Israel yang menolak pengiriman bantuan penting dari UNRWA ke utara Gaza, di mana tujuh dari setiap 10 orang berada di ambang kelaparan," kata Haq dalam sebuah konferensi pers.
Sembari menyerukan agar keputusan Israel itu segera dibatalkan, Guterres menekankan pentingnya bantuan kemanusiaan untuk mengurangi penderitaan warga di wilayah tersebut.
"Sekretaris Jenderal menggarisbawahi bahwa UNRWA ada dan akan tetap menjadi pusat pengiriman bantuan di Gaza, menyediakan makanan, tempat tinggal dan perlindungan bagi orang-orang yang membutuhkan," kata Haq.
Haq lebih lanjut mengatakan bahwa Guterres menegaskan kembali kewajiban Israel untuk mengizinkan dan memfasilitasi "aliran bantuan kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan ke dalam dan melintasi Gaza."
Israel pada akhir pekan telah memberi tahu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini bahwa pihaknya tidak lagi menyetujui masuknya konvoi bantuan makanan UNRWA ke wilayah utara.
"Ini keterlaluan dan disengaja untuk menghalangi bantuan penting selama bencana kelaparan yang disebabkan ulah manusia," kata Lazzarini menyampaikan peringatan melalui platform media sosial X.
Israel menuduh 12 dari 30 ribu pegawai UNRWA terlibat dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, menangguhkan pendanaan mereka ke badan pengungsi PBB tersebut sembari menunggu penyelidikan atas tuduhan Israel tersebut.
Namun, Uni Eropa, Kanada dan Swedia kemudian mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pendanaan untuk UNRWA karena Israel belum menunjukkan bukti apapun secara terbuka untuk mendukung tuduhan tersebut.
UNRWA dibentuk oleh Majelis Umum PBB lebih dari 70 tahun lalu untuk membantu warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari tanah mereka.
Badan tersebut memberikan bantuan penting bagi jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, Suriah, dan wilayah lain di mana sejumlah besar warga Palestina yang terdaftar tinggal.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Jerman Steffen Hebestreit memperingatkan Israel untuk tidak melakukan serangan militer darat di Rafah, Gaza selatan, namun tidak seperti Amerika Serikat, dia mengesampingkan kemungkinan konsekuensi politik bagi Tel Aviv jika mereka memutuskan untuk menyerbu kota tersebut.
Israel melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.
Lebih dari 32.200 warga Palestina sejak saat itu telah tewas dan lebih dari 74.500 lainnya luka-luka di tengah kehancuran massal dan kelangkaan kebutuhan bahan pokok. (ANTARA)