Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan industri di Indonesia, lanjutnya, hanya sekitar sembilan persen, jauh tertinggal dibandingkan kompetitor.
BACA JUGA:Hati-Hati! Ini 5 Risiko Kesehatan Pada Jamaah Ketika Melaksakan Ibadah Haji
BACA JUGA:Gejala dan Cara Mendeteksi Rinitis Alergi,Penyakit Kronis Pada Rongga Hidung
"Hanya sekitar lima persen perusahaan yang memperkenalkan inovasi, baik inovasi produk atau proses. Mengadopsi teknologi dan efisiensi energi juga sangat kecil di Indonesia dan hanya sedikit perusahaan yang mengadopsi praktik manajemen ramah lingkungan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan bahwa pihaknya memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri melalui percepatan pelaksanaan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi.
Melalui Kadin Institute, kata dia, sejumlah upaya telah dilakukan, mulai dari menyiapkan pelatih tempat kerja, harmonisasi kurikulum hingga sertifikasi tenaga kerja untuk mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing.
"Peningkatan kinerja juga bisa dilakukan dengan menguasai pasar dalam negeri karena saat ini pasar di luar negeri tengah melambat," kata Adik.
BACA JUGA:Benarkah Minum Air Lemon Efektif Turunkan Berat Badan? Begini Kata Ahli
BACA JUGA:Mengenal Gejala Alergi pada Anak dan Pemicunya
Namun, Indonesia masih memiliki tantangan melalui platform e-commerce, menurutnya, transaksi yang terjadi antara dua negara tidak lagi Business to Business (B to B) tetapi polanya sudah menjadi Business to Consumer (B to C).
"Dengan B to C, maka seakan-akan impor Indonesia kecil tetapi ketika jika disadari, ternyata volumenya sangat besar sehingga menghambat produk dalam negeri. Oleh karena itu harus ada kebijakan yang benar-benar pro terhadap industri domestik kita dalam rangka merebut kembali pasar lokal," ujarnya. (ANTARA)