Anak-anak Sudan Hidup dalam Ketakutan dan Kehilangan Pendidikan Akibat Konflik Sipil

Sejumlah warga Sudan mencoba keluar dari negaranya yang dilanda konflik di terminal bus di Aswan, Mesir, pada 25 April 2023.--Antaranews.com

Sementara itu, sejumlah besar anak-anak yang mencari perlindungan di luar negeri juga mengalami trauma dan kondisi kehidupan yang buruk, kata para ahli.

Sadiya al-Rasheed, seorang aktivis yang bekerja di sebuah kamp pengungsi Sudan di Adre, Chad, di perbatasan dengan Sudan, mengatakan kondisi anak-anak di kamp tersebut "sangat tragis."

BACA JUGA:Jokowi Kenakan Baju Adat Teluk Belanga Saat Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila

BACA JUGA:Jokowi: Indonesia Kecam Keras Serangan Israel di Rafah Palestina

"Anak-anak mengungsi di sini menyusul pembantaian di El Geneina, ibu kota Negara Bagian Darfur Barat, tetapi sayangnya, kamp itu bukanlah tempat yang aman bagi mereka," ungkapnya.

"Anak-anak paling menderita akibat pertempuran tersebut. Mereka mengungsi dari lingkungan, rumah, dan sekolah yang mereka kenal serta dihantui oleh trauma psikologis karena kengerian yang mereka lihat dan alami," ujar al-Rasheed.

"Sejumlah besar anak-anak dihantui ketakutan dan mimpi buruk, sehingga memerlukan dukungan keluarga atau perawatan khusus di institusi khusus," kata Abdullah Yaqoub, seorang psikiater.

Selain itu, 90 persen lebih dari 19 juta anak usia sekolah di Sudan tidak memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan formal, yang dapat mengakibatkan krisis generasi, menurut Dana Anak-Anak PBB.

Sejak konflik antara SAF dan RSF pecah pada 15 April 2023 lalu, pertempuran mematikan itu telah menewaskan 15.550 orang dan memaksa 8,8 juta lainnya mengungsi sejauh ini, papar sebuah laporan terbaru oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).(*)

Tag
Share