Anak-anak Sudan Hidup dalam Ketakutan dan Kehilangan Pendidikan Akibat Konflik Sipil

Sejumlah warga Sudan mencoba keluar dari negaranya yang dilanda konflik di terminal bus di Aswan, Mesir, pada 25 April 2023.--Antaranews.com

JAMBIKORAN.COM - Seorang anak laki-laki Bernama Ahmed Adam berusia 11 tahun yang tinggal di bagian selatan Khartoum, ibu kota Sudan, mengatakan dia hidup dibayangi ketakutan tak berkesudahan akibat konflik sipil yang berkepanjangan.

Bukan hanya itu saja, beberapa anak disana juga tidak bisa bersekolah selama lebih dari setahun.

"Suara letusan senjata api dan tembakan meriam terdengar setiap hari," kata Adam. 

"Saya dan saudara laki-laki saya harus bersembunyi di bawah tempat tidur atau di dalam lemari," keluhnya.

BACA JUGA:Israel Tegaskan Perang di Gaza Tak Akan Berhenti Meski Sandera Dibebaskan

BACA JUGA:Garin Nugroho Hadirkan ''Samsara'': Film Bisu Hitam Putih dengan Musik Live

Konflik yang sedang berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) telah menyebabkan anak-anak Sudan terpapar pada berbagai bentuk kekerasan serta membuat mereka kehilangan rumah dan pendidikan, sehingga menimbulkan trauma bagi generasi tersebut.

Ehab Hashim, ayah tiga anak yang tinggal di kawasan permukiman Mujahidin di Khartoum selatan, mengatakan kepada Xinhua bahwa anak-anaknya telah menunjukkan tanda-tanda gangguan psikologis akibat konflik tersebut.

"Setiap kali mendengar suara meriam atau pesawat tempur, anak-anak saya akan berteriak dan bersembunyi di bawah tempat tidur dan kursi," katanya.

Putra sulungnya yang berusia 11 tahun, Amr, menderita inkontinensia urine (urinary incontinence), "sebuah tanda gangguan psikologis akibat ketakutan dan kecemasan," ujarnya, sembari menyatakan bahwa dirinya secara serius mempertimbangkan untuk pindah ke daerah-daerah aman di Sudan, karena dia tidak tahan lagi melihat anak-anaknya mengalami kepanikan.

BACA JUGA:Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru per 1 Juni 2024, Berikut Daftarnya

BACA JUGA:Presiden Jokowi Teken Aturan Baru, Izinkan Ormas Keagamaan Kelola Tambang Batu Bara

Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sudan sedang menghadapi krisis pengungsian anak terbesar di dunia, yang melibatkan lebih dari 4 juta anak.   

Abdul Qadir Abdullah Abu, sekretaris jenderal Dewan Kesejahteraan Anak Nasional di Sudan, mengatakan bahwa anak-anak merupakan yang paling terdampak dari terganggunya pendidikan, kurangnya layanan kesehatan, pengungsian, malanutrisi, dan perekrutan paksa, seraya menyebutkan bahwa statistik menunjukkan RSF telah merekrut sekitar 15.000 anak di wilayah yang dikuasainya.

Tag
Share