Mengungsi Dari Kematian, Kisah Anak-Anak Gaza di Tengah Konflik Peperangan

Seorang gadis Palestina yang dievakuasi dari Rafah berdiri di dekat tenda di sebuah pantai di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 10 Mei 2024.--Antaranews.com

Dua jam kemudian, Aseel dan keluarganya tiba di tempat penampungan pengungsi di kamp pengungsi Jabalia.

Tentara Israel melancarkan perang berskala besar di Jalur Gaza setelah Hamas melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke sejumlah kota dan tempat di Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya. 

Sejak saat itu, tentara Israel telah menewaskan lebih dari 36.200 warga Palestina dan melukai sekitar 82.000 orang lainnya di Jalur Gaza, dengan sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan perempuan, ungkap otoritas kesehatan di Gaza.

Terlepas dari konflik yang sedang berlangsung, Aseel terus menggenggam harapan bahwa konflik tersebut akan segera berakhir dan dia akan dapat kembali ke rumah untuk bermain bersama bonekanya dan membaca buku-bukunya.

"Setelah perang berakhir, ayah dan paman-paman saya akan membangun kembali rumah kami, sementara para tetangga akan membangun sekolah dan rumah sakit. Gaza akan kembali indah, dengan tempat-tempat bermain," katanya dengan senyum penuh harap.

BACA JUGA:Begini Cara Tepat Simpan ASI,Yuk Simak

BACA JUGA:Simak! Ini 5 Manfaat Selada Air yang Jarang Diketahui

Ibrahim Shaath, seorang warga lainnya dari Kota Khan Younis di Gaza selatan, juga memiliki harapan yang sama agar perang segera berakhir demi meringankan penderitaan seluruh warga Palestina di Gaza.

Ibrahim (13) telah kehilangan kedua orang tuanya, dua saudara kandungnya, dan kaki kanannya dalam serangan udara Israel ke rumah mereka di Khan Younis beberapa pekan lalu

"Saya tidak mendengar ledakan atau rudal, tetapi saya merasa rumah runtuh di atas kepala saya. Awalnya, saya pikir saya sudah mati, tetapi kemudian saya mendengar suara beberapa laki-laki yang mengatakan bahwa saya masih hidup," kenang anak laki-laki itu.

Saat ini, Ibrahim sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit al-Aqsa di kamp pengungsian Deir al-Balah, dan dirawat oleh kakak perempuannya.

"Meski kehilangan keluarga, rumah, dan lingkungan tempat tinggal, saya akan melanjutkan hidup saya dan mewujudkan impian saya untuk menjadi dokter, seperti yang diharapkan oleh orang tua saya, untuk melayani masyarakat di masa depan," ujar anak laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.

BACA JUGA:Laptop Sering Lemot? Berikut 7 Cara Mengatasi Laptop yang Lemot

BACA JUGA:5 Resep Donat yang Empuk dan Lembut, Yuk Simak!

"Kami mencintai kehidupan dan ingin hidup dengan aman. Keluarga saya terbunuh hanya karena kami tinggal di Gaza, sementara anak-anak di tempat lain hidup bebas dari rasa takut, menikmati hak-hak mereka tanpa rasa cemas," katanya.

Tag
Share