Militer Korsel Tingkatkan Serangan Psikologis terhadap Korut dengan Siaran K-pop di Perbatasan
Ilustrasi - Peta Korea Utara dan Korea Selatan. --Antaranews.com
Sementara itu, sebelumnya pada Selasa Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan bahwa Kim Yo-jong, yang juga wakil direktur departemen di Partai Pekerja berkuasa, mengatakan bahwa Korut pasti akan mengubah metode respons mereka jika para pembelot melanjutkan serangan selebaran ke Korut.
"Kami kembali memberikan peringatan keras kepada mereka. Mereka harus siap menanggung konsekuensi yang mengerikan dan mahal," kata Kim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan KCNA.
Pada 2015, kedua negara Korea terlibat baku tembak artileri secara singkat di wilayah barat perbatasan karena serangan propaganda menggunakan pengeras suara yang dilakukan Seoul sebagai balasan atas serangan ranjau darat Korut, yang melukai dua tentara Korsel.
Korut kemudian menyatakan penyesalan atas serangan itu dan Korsel setuju untuk menghentikan siaran anti-Pyongyang.
BACA JUGA:Australia U-19 Lolos ke Semifinal Piala AFF U-19 Usai Bungkam Vietnam 6-2
BACA JUGA:Begini Cara Mengatasi Gula Darah Rendah
JCS pada Minggu mengatakan bahwa Korut kembali meluncurkan balon yang diduga membawa sampah ke Korsel.
Balon-balon yang diluncurkan terakhir itu tampaknya terbang ke arah bagian utara Provinsi Gyeonggi di sekitar Seoul, dan masyarakat diimbau untuk tidak menyentuh balon yang jatuh dan melaporkannya ke pihak militer atau polisi.
Korsel melanjutkan siaran anti-Pyongyang melalui pengeras suara di perbatasan pada 9 Juni, untuk pertama kalinya dalam enam tahun.
Namun, pengeras suara itu dimatikan keesokan harinya dalam upaya yang tampaknya dilakukan untuk mencegah situasi menjadi tak terkendali.
Pada Kamis, Korsel memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara ke Korut sebagai tanggapan atas serangan balon sampah yang dilakukan Korut berulang kali ke Korsel.
Korut bersikap keras terhadap propaganda menggunakan pengeras suara dan serangan selebaran anti-Pyongyang karena khawatir masuknya informasi dari luar dapat menimbulkan ancaman terhadap rezim Kim Jong-un.
Pada 2014, kedua negara Korea terlibat baku tembak dengan senjata mesin di perbatasan setelah Korut tampaknya mencoba menembak jatuh balon yang membawa selebaran propaganda yang mengkritik Korut.
Korut menyerang kantor penghubung antar-Korea di kota perbatasan Korut, Kaesong, pada 2020, sebagai bentuk kemarahan atas selebaran propaganda anti-Pyongyang yang dikirim melalui balon oleh pembelot Korut di Seoul.(*)