Prestasi pada PON sebaiknya sinambung dengan prestasi internasional
Suasana pertunjukan kembang api pada pembukaan PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Aceh, Senin (9/9/2024). Perhelatan olahraga empat tahunan yang berlangsung 9-20 September 2024 tersebut mengangkat tema Bersatu Kita Juara. -ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wpa -
Uniknya, renang yang bersama bulu tangkis dan tenis menjadi tiga cabang yang menyumbangkan total medali terbanyak bagi Indonesia dari Asian Games ke Asian Games, belum sekali pun meraih emas.
Begitu pula dari sudut peringkat. Pada periode 1994-2022 saja Indonesia tak pernah bisa masuk 10 besar Asia Games, kecuali 2018 ketika diadakan di Jakarta dan Palembang.
Kala itu Indonesia finis urutan empat dengan 98 medali yang 31 di antaranya emas. Itu adalah peringkat tertinggi dan perolehan medali terbanyak sepanjang masa yang bisa diperoleh Indonesia.
Hasil SEA Games juga tak begitu memuaskan. Berstatus penduduk terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia tak pernah lagi menjadi nomor 1 di kawasan ini sejak 2011 ketika SEA Games digelar di Jakarta dan Palembang.
Rata-rata total medali yang didapatkan Indonesia dalam enam SEA Games terakhir adalah 236 medali, sedangkan rata-rata total medali emas yang diperoleh dari enam SEA Games terakhir itu adalah 63 medali emas.
Selama kurun waktu itu, jumlah cabang olahraga yang sukses mempersembahkan medali kepada Indonesia, berkisar pada 31-47 cabang olahraga.
Angka itu jauh di bawah jumlah cabang olahraga yang dimainkan dalam berbagai PON belakangan ini. PON 2024 saja mempertandingkan 65 cabang olahraga guna memperebutkan 1.042 medali emas.
Tak ada yang bisa memastikan bahwa semakin banyak cabang yang dimainkan dalam PON akan menunjang peningkatan prestasi pada ajang-ajang lebih tinggi.
Sebaliknya, yang terlihat malah kecenderungan memburu medali sebanyak-banyaknya lewat cara sangat pragmatis, dengan melombakan cabang-cabang relatif baru yang tidak dimainkan di level internasional, termasuk Asian Games dan Olimpiade, yang bahkan dengan nomor pertandingan yang kelewat banyak.
Contohnya dancesport atau dansa. Selama PON 2024 ini dansa melombakan 21 kelas pertandingan yang berarti 21 medali emas.
Tetapi praktik seperti itu sudah terjadi sejak PON-PON sebelumnya.
Masalahnya, ketika itu semua dikaitkan dengan prestasi atau partisipasi Indonesia dalam Olimpiade dan Asian Games, hasil dalam PON kadang tidak sinambung dengan skala partisipasi dan apa lagi hasil dalam dua ajang itu.
Guna menghindari ketidaksinambungan itu, ada baiknya pemangku kepentingan olahraga memprioritaskan PON pada cabang-cabang yang dimainkan dalam Asian Games dan Olimpiade.
Biarlah cabang-cabang yang tak dimainkan dalam Olimpiade dan Asian Games, besar lewat kejuaraan single event. Kalaupun tetap harus dimainkan dalam PON, maka jumlahnya lebih bisa dikendalikan lagi.
Hal ini dilakukan agar prestasi olahraga dalam PON memiliki kontinuitas atau berkesinambungan dengan prestasi olahraga di level internasional, khususnya Asian Games dan Olimpiade. (ANTARA)