Kala Api Menyulut Kesadaran untuk Peduli Hutan di Batu Putih
Masyarakat Peduli Api di Desa Bati Putih, Pelawan, Sarolangun, Jambi, melakukan simulasi pemadaman api di hutan industri. -ANTARA/Hanni Sofia -
BATUPUTIH – Di sebuah sudut wilayah Jambi, tepatnya di Desa Batu Putih, Pelawan, Sarolangun, terukir kisah inspiratif tentang perubahan yang dipicu oleh kesadaran lingkungan.
Dalam dua tahun terakhir, desa yang semula terancam kebakaran hutan ini kini telah berhasil mengubah pola pikir masyarakatnya, membuktikan bahwa hidup berdampingan dengan alam adalah sebuah pilihan yang berkelanjutan.
Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Mulyono (47), Batu Putih, bersama dua desa tetangganya, Mekar Sari dan Pematang Kulim, bekerja sama dalam memerangi kebakaran hutan. Sebelumnya, kebakaran hutan seringkali terjadi di wilayah ini, menyisakan lahan gambut yang terbakar berbulan-bulan dan asap tebal yang merusak kualitas udara.
Namun, sejak 2021, dengan dukungan program konservasi BioCF ISFL yang didukung oleh Bank Dunia, Desa Batu Putih mulai membangun kesadaran kolektif untuk mengelola hutan dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA:Sean 'Diddy' Combs Kembali Dihadapkan Tuduhan Berat, Desainer Gugat Rp 158,3 Miliar
BACA JUGA:TREASURE Siapkan Gebrakan Besar di 2025: Album Mini, Pergantian Leader, dan Gaya Musik Baru
Program BioCF ISFL berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui pengelolaan hutan yang lebih baik dalam kerangka REDD+. Program ini diimplementasikan oleh Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Unit VIII Hilir Sarolangun, yang memiliki tugas menjaga hutan seluas lebih dari 110.000 hektare di wilayah ini.
Kehadiran program ini memberikan dampak signifikan bagi masyarakat Batu Putih. Di bawah bimbingan KPHP, desa ini telah mengurangi kebakaran hutan secara drastis. Dari kebakaran yang bisa berlangsung berbulan-bulan, kini kebakaran yang terjadi hanya terjadi satu atau dua kali dalam setahun dan dapat diatasi dengan cepat.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Keberhasilan Desa Batu Putih tidak terlepas dari semangat gotong royong yang ada di dalam budaya masyarakat setempat. Bersama desa-desa tetangga, mereka saling bahu-membahu dalam menjaga hutan dan lingkungan.
BACA JUGA:PLN Pasang Target Ambisius, Penjualan Listrik 2025 Diproyeksikan Capai 327,7 TWh
BACA JUGA:Brotowali: Herba Tradisional dengan Segudang Manfaat Kesehatan
Salah satunya adalah melalui pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA), yang terdiri dari 30 warga desa yang terlatih dalam teknik pemadaman api dan pengawasan wilayah rawan kebakaran. Mereka juga secara rutin melakukan patroli dan mendirikan posko-posko pemadam kebakaran di titik-titik rawan.
Dalam upaya preventif, MPA juga membangun sekat bakar di lahan gambut, yang terbukti efektif dalam menghalangi penyebaran api.
Selain itu, warga juga dilibatkan dalam program penghijauan dan pelestarian lingkungan lainnya, seperti menanam pohon di sekitar sungai dan mengembangkan produk ramah lingkungan, seperti pengolahan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta budi daya lebah madu. Kegiatan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan peluang ekonomi alternatif bagi masyarakat.
Kebangkitan Kesadaran Lingkungan
BACA JUGA:5 Cara Hemat Saat Makan di Restoran
BACA JUGA:PBNU Minta Jajaran NU Perkuat Konsolidasi Internal
Mulyono, Kepala Desa Batu Putih, mengungkapkan bahwa peran serta masyarakat sangat krusial dalam menjaga hutan. “Dulu, kami terbiasa membakar lahan untuk membuka kebun, tanpa memikirkan dampaknya. Namun, kini kami sadar bahwa menjaga hutan adalah menjaga kehidupan,” ujarnya.
Perubahan ini tidak hanya melibatkan para orang dewasa, tetapi juga generasi muda. Banyak anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan edukasi lingkungan, belajar tentang pentingnya menjaga alam sejak dini. Saprudin, seorang petani lokal, menyadari pentingnya program ini bagi masa depan anak-anak mereka.
“Awalnya saya hanya ikut karena ajakan tetangga, tapi sekarang saya sadar ini untuk masa depan anak-anak kita,” ujarnya.
Menjadi Pelindung Bukan Perusak
BACA JUGA:Park Min Jae, Aktor Korea Selatan, Tutup Usia Akibat Henti Jantung Mendadak di China
BACA JUGA:Dilaksanakan Selama Dua Hari, Pleno Rekapitulasi Hasil Pilkada Serentak Kabupaten Sarolangun
Kisah Batu Putih adalah bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari desa-desa kecil yang memiliki semangat untuk bertindak. Program BioCF ISFL telah memberikan katalis bagi perubahan, namun yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat Batu Putih memegang kendali atas masa depan mereka.
Melalui kolaborasi dan semangat gotong royong, Batu Putih tidak hanya menjaga hutan mereka dari kebakaran, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi yang semakin pudar di banyak tempat. Desa ini menunjukkan bahwa menjaga alam bukanlah beban, melainkan tanggung jawab yang membawa kebahagiaan dan keberlanjutan.
Batu Putih telah memilih untuk menjadi pelindung hutan dan lingkungan, bukan perusak. Mereka berkomitmen untuk menjaga paru-paru bumi agar terus berdetak, memberikan harapan bagi generasi mendatang bahwa perubahan itu mungkin, bahkan di tengah keterbatasan dan tantangan. (*)