Air Mata

Dahlan iskan--
Saat di semester dua di UIN Sunan Kalijaga hasil penelitian itu ia sempurnakan. Lalu ia mendapat undangan untuk mempresentasikannya di sebuah konferensi biologi di Bangkok. Dapat penghargaan.
Yang lebih menggembirakannya: di Bangkok itu Fahrul kenal dengan Dr dr Nelly Mayulu dari Manado. Ia peneliti rumput laut di Universitas Sam Ratulangi. Khusus terkait dengan kandungan gizinya.
Setelah melihat keseriusan Fahrul, Dr Nelly minta anak itu untuk melakukan penelitian atas anggur laut. Itu salah satu jenis rumput laut. Kalau rumput laut yang biasa Anda lihat itu tidak berdaun, ini punya ''daun''. Bentuk daunnya seperti buah anggur.
Bagi masyarakat Jepara, Jateng, kegunaan jenis anggur laut ini untuk urap. Pun di Nusa Dua, Bali. Atau di wilayah pantai lainnya. Mereka menyebutnya: sayur urap lawi-lawi.
Saat tawaran ke Manado itu tiba kebetulan sedang ada Covid-19. Kampus tutup. Kuliah bisa dari mana saja. Fahrul pun ke Manado. Ia diminta tinggal di rumah Dr Nelly. Setahun penuh. Makan pun ditanggung orang baik itu. Bahkan Dr Nelly pula yang membayar biaya penelitiannya.
Hasilnya: jauh lebih baik dari gula mangga. Bahkan tidak harus diproses menjadi gula. Cukup diwujudkan dalam bentuk tepung –yang senyawa bio aktifnya sudah dikonsentrasikan.
Tidak hanya untuk diabetes. Juga untuk mengendalikan sel kanker.
Selama setahun di Manado –banyak anggur laut di sana– Fahrul sudah melakukan uji coba lengkap. Terhadap binatang uji coba: tikus. Hasilnya sangat memuaskan.
Fahrul pun mematenkan penemuannya itu: dua dari anggur laut, satu dari mangga, satu lagi dari sarang burung.
Sarang burung, kalau dikonsentrasikan bio aktifnya, ternyata baik untuk diabetes dan obesitas. Lebih baik dari mangga. Tapi kalah jauh dari anggur laut.
Kapan hasil penelitian itu bisa jadi barang industri? Konkretnya: kapan saya bisa beli –untuk istri saya? Bukankah mereka yang terkena gula darah jumlahnya puluhan juta? Semua merasa menderita?
Fahrul sudah melakukan pembicaraan dengan dunia industri. Yang sudah deal: dengan Prof Dr Nurpudji. Dia guru besar Unhas, Makassar. Dia sudah punya perusahaan: memproduksi albumin dalam bentuk kapsul. Bahan bakunya Anda sudah bisa menduga: ikan gabus. Haruan. Di Jawa disebut ikan kutuk.
Prof Nur akan menjadikan penemuan Fahrul sebagai kapsul produk suplemen. Belum bisa menjadi obat. Perlu banyak tahap penelitian klinis untuk menjadikannya obat.
Fahrul kini mengambil S-2 di Unair Surabaya. Jurusan Farmakologi –masuknya di fakultas kedokteran, bukan fakultas farmasi.
"Kapan kawin?"