Ide Mengisi Waktu Libur Lebaran Bersama Anak

-jambi independent-Jambi Independent
JAMBI - Libur Lebaran adalah momen yang sangat dinantikan oleh banyak keluarga untuk berkumpul dan menikmati waktu bersama. Namun, di tengah keseruan liburan, orang tua juga dihadapkan pada tantangan untuk menjaga keseimbangan antara waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan penggunaan gadget oleh anak-anak.
Psikolog Klinis, Ratih Ibrahim, membagikan ide kreatif untuk mengisi waktu libur Lebaran bersama anak agar tidak hanya mengurangi ketergantungan pada gawai, tetapi juga mempererat hubungan keluarga.
Ratih Ibrahim, yang juga seorang psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, mengatakan bahwa libur Lebaran adalah kesempatan emas untuk mengajak anak melakukan berbagai aktivitas yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga bermanfaat. Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan bersama keluarga adalah memasak bersama.
BACA JUGA:Tren Gaya Rambut Pria 2025, Tampil Keren Sesuai Kepribadian
BACA JUGA:Aksesori Wajib untuk Tampil Trendi di Segala Kesempatan
"Misalnya saja, memasak bersama, bermain mainan tradisional, menonton film bersama, berkunjung ke rumah saudara, atau bahkan mengunjungi tempat wisata," ungkap Ratih.
Menurut Ratih, libur Lebaran dapat menjadi waktu yang sangat baik bagi orang tua untuk mempererat ikatan dengan anak-anak melalui aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas seperti memasak bersama tidak hanya mengajarkan keterampilan hidup penting, tetapi juga menciptakan momen kebersamaan yang tak ternilai harganya.
Selain itu, kegiatan seperti bermain mainan tradisional atau menonton film bersama juga dapat mengalihkan perhatian anak dari penggunaan gawai, yang seringkali menjadi sumber gangguan dalam keseharian.
Ratih juga menekankan pentingnya memberi contoh langsung kepada anak tentang penggunaan gadget yang sehat. Di zaman yang serba digital seperti sekarang, anak-anak mudah sekali tergoda untuk bermain gawai sepanjang hari.
Oleh karena itu, orang tua perlu menunjukkan bagaimana cara membatasi waktu bermain gawai dan mengatur aktivitas keluarga lainnya.
"Orang tua bisa memberikan contoh dengan membatasi pemakaian gawai selama libur dan memperbanyak interaksi dengan anak. Ini akan mengajarkan anak pentingnya menyeimbangkan waktu antara bermain gawai dan kegiatan lainnya," tambah Ratih.
Selain memberi contoh, Ratih menyarankan orang tua untuk melakukan pendekatan yang lebih terbuka dan komunikatif dengan anak, terutama jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda ketergantungan pada gadget. "Ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda ketergantungan gawai, orang tua perlu memahami alasan di baliknya. Ini bisa jadi karena kebosanan, kurangnya aktivitas menarik lainnya, atau bahkan pengaruh lingkungan sekitar," ujar Ratih.
Penting bagi orang tua untuk melakukan pendekatan yang bersifat diskusi dan mendengarkan pandangan anak terkait penggunaan gawai. Dengan pendekatan yang baik, anak akan merasa lebih terbuka dan lebih mudah diajak berbicara mengenai kebiasaan penggunaan gawai mereka. Hal ini dapat membantu menciptakan komunikasi yang lebih sehat antara orang tua dan anak.
Ratih juga mengingatkan bahwa membuat kesepakatan terkait batasan pemakaian gadget dapat menjadi langkah yang efektif untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan anak-anak. "Misalnya, orang tua dan anak bisa membuat kesepakatan mengenai aplikasi apa saja yang boleh digunakan anak di hari sekolah, serta berapa lama waktu yang diperbolehkan untuk bermain gawai setiap harinya. Kesepakatan ini akan membantu anak memahami bahwa penggunaan gawai ada batasnya," jelas Ratih.