Model Kolaboratif Penanganan Banjir : Pemerintah dan Masyarakat Sepakat Perkuat Sinergi

Model Kolaboratif Penanganan Banjir : Pemerintah dan Masyarakat Sepakat Perkuat Sinergi--
Kedua, membangun kolam retensi permanen di empat titik. Maulana menyebut, kolam retensi akan dibangun di Lorong Siswa, Lorong Arwah, MTsN Tanjung Sari, dan Lorong Amal. Kolam ini tidak hanya berfungsi teknis, tapi juga dirancang sebagai ruang terbuka hijau.
“Kita ingin kolam retensi ini tak hanya berfungsi teknis, tapi juga jadi paru-paru kota, tempat warga bisa berkumpul dan menikmati ruang hijau,” sebutnya.
Sementara itu, penegakan aturan sempadan sungai dan penertiban bangunan juga menjadi hal penting. Maulana menegaskan komitmennya menertibkan bangunan liar di tepi sungai sesuai Perda RTRW Nomor 5 Tahun 2024.
“Ini bukan soal menggusur, tapi soal menyelamatkan. Kalau kita biarkan bangunan berdiri di tepi sungai, maka kita sedang mengundang bencana,” tegas Maulana.
Maulana juga mengatakan, perlunya mendesain ulang kapasitas sungai sesuai debit banjir Q25. Sungai-sungai Kota Jambi akan direvitalisasi agar mampu menampung debit hujan ekstrem berdasarkan perhitungan Q25.
“Kita tidak bisa terus bermain di debit Q2. Sekali hujan ekstrem, habis semuanya. Maka desain ulang ini sangat penting,” ungkapnya.
Selain itu, juga perlu dilakukan optimalisasi penampang air dan sistem drainase. Kata Maualana, Pemkot Jambi akan menjalankan normalisasi dan naturalisasi sungai serta meningkatkan kapasitas drainase kawasan.
“Air itu harus diberi ruang. Maka drainase bukan hanya tentang gorong-gorong, tapi soal sistem alir yang berpikir ke depan,” katanya.
Maulana juga menegaskan pentingnya kolaborasi multisektor dan diplomasi teknis. Pemkot Jambi, kata Maulana akan terus memperluas jejaring kerja sama dengan mitra nasional dan internasional, termasuk dengan Temasek Polytechnic Singapore, untuk pengelolaan air berbasis pengetahuan.
“Kita sudah berdiskusi dengan Temasek. Ini langkah awal menuju tata kelola banjir yang modern dan berbasis ilmu pengetahuan,” terang Maulana.
Maulana kembali menekankan pentingnya membangun kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi banjir. Ia menegaskan bahwa pembangunan kota harus berjalan seiring dengan ketangguhan menghadapi bencana.
“Kita ingin kota ini tumbuh, tapi tidak boleh rapuh terhadap bencana. Kebersamaan membuat kita bisa bekerja lebih efektif dan efisien. Sekecil apapun peran dari warga, seperti dengan tidak membuang sampah sembarangan, itu sudah termasuk menolong kami dalam upaya penanganan banjir di Kota Jambi ini,” katanya.
Lebih lanjut, Maulana menyampaikan rasa bangganya ketika semua elemen masyarakat, akademisi, ahli, komunitas, hingga tokoh masyarakat berkumpul dalam satu forum untuk menyamakan persepsi dan bersama-sama mencari solusi.
“Kita ingin mendengar masukan dan paparan dari para akademisi dan berbagai ahli di bidangnya. Ini merupakan langkah kolaboratif yang telah dan akan terus kita lakukan, demi menjaga Kota Jambi secara bersama-sama,” tutupnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana Muhtadi Putra Nusa dalam laporannya mengatakan, penyelenggaraan seminar ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan bersama atas meningkatnya intensitas dan dampak banjir yang terjadi di Kota Jambi.