Bayi Sesar

Dahlan iskan--
Biar begitu banyak yang pesimistis, Presiden Prabowo tidak akan mundur. Koperasi desa Merah Putih pasti ia jalankan. Apalagi tahapnya sudah hamil tua: legalitas koperasinya sudah tuntas. Di tiap desa. Akta notaris sudah dibuat. Pengesahan dari menteri hukum sudah terbit.
Hampir semua yang pesimistis itu beralasan: program ini top down.
"Kalau mau sukses harus tumbuh lewat inisiatif dari bawah," ujar Prof Dr Hanif Nurcholis. Prof Hanif banyak menulis buku soal otonomi desa. Kini menjabat ketua Senat Universitas Terbuka.
Masalahnya: inisiatif dari bawah itu yang tidak ada. Tidak banyak. Tepatnya amat-sangat sedikit. Kalau menunggu tumbuhnya inisiatif dari bawah tidak akan ada perubahan apa-apa. Ekonomi akan terus begini-begini saja.
BACA JUGA:Dirut Sritex Dicecar 20 Pertanyaan, Diperiksa Selama 10 Jam
BACA JUGA:Al Haris Harap Pemerataan Pembangunan Infrastruktur, Gubernur Jambi Hadiri ICI 2025
Maka Prabowo pun mengulangi apa yang sejak Orde Lama diperjuangkan. Koperasi desa. Agar amanat UUD 45 dijalankan. Gagal.
Lalu Orde Baru. Juga gagal. Setelah itu baru Prabowo ini yang berani memulainya lagi.
Untuk gagal?
Begitulah pendapat terbanyak di media sosial. Begitu tinggi keraguan untuk berhasil. Begitu banyak pendapat yang mendukung kegagalan itu --tidak perlu saya ulangi di sini.
Tapi di dunia ini banyak jagoan yang justru bersemangat ketika diramal gagal. Tertantang. "Saya beda," mungkin begitu jargon orang yang tertantang.
Saya juga beda. Saya punya prinsip: rencana yang kurang baik bisa berhasil bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Lebih berhasil dibanding rencana yang baik tapi tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Maka letaknya lebih di sungguh-sungguhnya. Itulah pelajaran yang saya petik dari perjalanan panjang mengelola begitu banyak perusahaan di masa lalu.
Apakah koperasi desa Merah Putih akan dilaksanakan secara sungguh-sungguh?