Gibran Birokrasi
Dahlan iskan--
Setahun ke depan para pengusaha akan lebih banyak jalan-jalan. Terutama ke luar negeri. Mereka tidak mau terkena gempa. Apalagi gempa 15 skala Richter.
Setahun ke depan adalah setahun wait and see. Itu istilah yang populer di kalangan mereka.
Satu kalimat dari Megawati itu juga bisa membuat pemerintah tidak lumpuh. Di tahun terakhir masa jabatan kedua seorang presiden sangat sulit. Sudah ibarat ''kerbau hidup yang sudah tidak bisa berjalan''.
BACA JUGA:Fasha Beri Nama Graha Siginjai
BACA JUGA:Firli Bahuri Bantah Lakukan Pertemuan dengan SYL
Aslinya, dalam istilah asing, kata ''kerbau'' itu ''bebek''. Kita sudah terlalu banyak punya bebek. Lebih baik diganti kerbau, yang kian langka.
Ada penyebab utama ''kerbau hidup'' itu tidak bisa lagi berjalan: loyonya birokrasi di dalam pemerintahan itu sendiri.
Mereka tahu atasan mereka tidak akan lagi berkuasa. Tahun depan. Pelindung mereka akan pergi. Backing mereka tidak ada lagi. Untuk apa ngotot bersemangat. Pun kalau berprestasi. Atasan mereka sudah tidak sempat mencatat prestasi itu –apalagi memberikan penghargaan dalam bentuk karir.
Mereka sudah lebih sibuk lirik-sana-lirik-sini. Sambil sembunyi-sembunyi: cari cantolan baru.
BACA JUGA:Harga Cabai Makin Pedas
BACA JUGA:Bobol Tabungan Pemilik Buket Florist
Yang lebih melemahkan lagi: semua birokrasi akan lebih hati-hati. Tidak mau salah ambil keputusan. Tidak berani tanda tangan yang mengandung risiko.
Mereka juga lebih berani menolak perintah atasan. Setidaknya ngelesi. Muter-muter. Mungkin masih terlihat takut pada atasan tapi itu pura-pura. Gerak pun kian lambat.
Atasan memerintahkan A, bawahan pura-pura salah dengar. Capaian target bisa meleset.
Satu kalimat Megawati tersebut belum bisa membuat kerbau itu berjalan lagi.