Sekepal Tanah dari Surga, Daratan Tinggi yang Tenggelam di Puncak Sumatera

F-Sebri Asdian-Jambi Independent-

Sekepal tanah yang turun dari surga, daratan tinggi nan menawan di puncak Pulau Sumatera.

Kemolekan alam nan asri, melodi alam yang mendayu-dayu, kini berganti menjadi pemandangan muram yang menyedihkan.

Banjir, sebagai musibah yang tanpa ampun, menyatroni keindahan alam yang selama ini menjadi dambaan. 

Gesekan amarah sungai yang meluap, merobek keharuan hangat dalam pelukan keluarga. Tanah longsor, tak kenal ampun merampas kehidupan, menyisakan luka yang sulit terhapus.

Keindahan yang perlahan-lahan tenggelam, digantikan oleh rintihan haru dan tangis sejauh mata memandang. 

Suasana hangat dan damai yang biasa  dirasakan di tengah dinginnya malam, kini sirna ditelan derasnya banjir badang.

BACA JUGA:Live TikTok Cara Capres Genjot Partisipasi Pemilih Muda

BACA JUGA:Dari Makanan hingga Tembakau Penyebab Inflasi

Galian C, praktik pembabatan hutan tanpa rasa tanggung jawab, menjadi biang kerok utama di balik tragedi ini. 

Sampah bukan lagi benda terbuang, melainkan penanda betapa rapuhnya ekosistem di Kerinci dan Sungai Penuh. 

Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan perilaku membuang sampah sembarangan, nyatanya telah memupuk bencana yang menghantui. 

Membuang sampah sembarangan bukan hanya merusak estetika lingkungan, tetapi juga menciptakan risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor. 

Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi bom waktu yang mengancam keberlangsungan hidup warga Kerinci dan Sungai Penuh.

Tebang hutan yang seringkali dilakukan tanpa pertimbangan matang, membawa dampak serius terhadap ekosistem.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan