Usia 20-an: Fase Bingung, Tapi Juga Paling Penuh Pelajaran

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Usia 20-an adalah masa di mana semuanya terasa serba baru—dan jujur saja, cukup membingungkan. Ini bukan sekadar fase transisi dari remaja ke dewasa. Di dekade ini, kita mulai menyadari bahwa banyak hal yang dulu hanya terdengar sebagai teori… ternyata begitu nyata saat dijalani sendiri.
Tanpa aba-aba, kita mendapati diri berada di dunia yang menuntut banyak hal, sementara kita masih sibuk mencari tahu siapa sebenarnya diri kita. Berikut beberapa hal yang, perlahan tapi pasti, mulai terasa relevan saat usia 20-an datang mengetuk pintu hidup kita:
1. Tidak Ada Manual untuk Jadi Dewasa
Tidak ada upacara resmi atau sertifikat yang menandai bahwa kita sudah dewasa. Kedewasaan datang dari proses: dari mencoba, salah, bangkit lagi, dan bertanggung jawab. Setiap orang menjalani fase ini dengan caranya sendiri. Jangan panik kalau merasa belum "siap"—semua orang juga sedang berimprovisasi.
BACA JUGA:Mengulik Pentingnya Kesehatan Mental dalam Dunia Pendidikan
BACA JUGA:Cuaca Boleh Panas, Tapi Kulit Tetap Adem
2. Uang Bisa Habis Sangat Cepat—Dan Itu Menyadarkan
Dulu uang jajan terasa cukup untuk apa saja. Sekarang, ada tagihan, pulsa, skincare, transportasi, bahkan biaya tak terduga untuk isi galon. Baru sadar, konsep “value for money” ternyata nyata: penting bukan hanya soal seberapa besar pengeluaran, tapi seberapa bijak kita mengelolanya.
3. Kesehatan Mental Bukan Sekadar Isu, Tapi Kebutuhan
Overthinking sebelum tidur, burnout dari pekerjaan, atau rasa lelah emosional ternyata punya dampak nyata. Sekarang kita tahu: kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Istirahat, journaling, atau sekadar log out sejenak bisa jadi bentuk rawat diri.
4. Pertemanan Berkualitas Lebih Penting dari Sekadar Banyak Teman
Lingkaran pertemanan memang menyempit. Tapi itu bukan hal buruk. Kita mulai lebih menghargai hubungan yang tulus dan suportif, dibanding sekadar ramai namun penuh kepalsuan. Koneksi emosional > koneksi sosial.
5. Setiap Orang Punya Jalannya Sendiri
Ada yang sudah menikah, ada yang baru kuliah lagi. Ada yang sibuk startup, ada yang masih eksplorasi passion. Usia 20-an membuat kita sadar: tidak ada timeline tunggal yang harus diikuti. Jalan hidup tidak perlu disamakan. Kita boleh punya ritme sendiri.