Pelaksana MBG yang Terus Berbenah
Kepala SPPG Cinere, Depok, Afif Maulana Rivai menunjukkan menu yang terdiri dari nasi, ayam katsu, sayur cap cay, buah anggur, dan susu yang dibagikan pada penerima manfaat di wilayah SPPG tersebut pada Senin (6/10/2025)-FOTO ANTARA-Jambi Independent
Selain itu, pemerintah daerah bersama dinas terkait di bawahnya serta instansi vertikal, seperti TNI dan Polri, juga ikut aktif memantau penyediaan makanan untuk para siswa.
Keterlibatan pemerintah daerah itu memang sangat penting karena program MBG ini merupakan upaya investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dimana daerah merupakan pengguna manfaat SDM jangka panjang yang paling tampak.
Sementara itu, sesuai catatan Badan Gizi Nasional (BGN), per 30 September 2025, sudah ada 198 SPPG yang telah memiliki sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS).
Pengeluaran sertifikat dan pemberian dorongan kepada seluruh SPPG untuk segera mendapatkan SLHS merupakan komitmen pemerintah dalam menjaga keamanan dan kualitas MBG. SLHS merupakan salah satu persyaratan wajib yang ditetapkan oleh BGN untuk memastikan standar jaminan kesehatan dan kebersihan dari makanan yang diproses di MBG.
Karena itu, SPPG yang belum memiliki SLHS, diharapkan segera mengurus ke BGN, sehingga praktik program MBG ini merata, tidak hanya dari penyebaran makanan, melainkan juga kualitas makanan yang secara keamanan terjamin.
Pengolahan sampah
Hal yang selama ini mungkin cenderung luput dari perhatian terkait program MBG ini adalah penanganan sampah, terutama dari sisa sayuran maupun lauk, termasuk sisa makanan yang tidak habis dimakan oleh siswa.
Masalah sampah ini, di SPPG Cinere juga tertangani secara baik, dengan memisahkan sampah organik dari sampah non-organik. Sampah-sampah organik itu diolah untuk menjadi makanan maggot, sedangkan limbah cair dikelola menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Dengan memanfaatkan IPAL tersebut, maka tidak ada limbah yang mencemari lingkungan.
Di tempat lain, jauh dari Cinere, yakni di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ada dua pemuda, yakni Asriafi Ath Thoriq dan Dzaki Fahruddin yang memanfaatkan limbah sisa bahan makanan di SPPG diolah menjadi eco enzyme.
Enzim yang ramah lingkungan itu bisa digunakan untuk sabun pembersih, pupuk cair, hingga untuk pakan maggot. Limbah makanan yang biasanya dibuang, diolah oleh dua pemuda di kabupaten penghasil pisang itu untuk berbagai keperluan yang sangat ramah lingkungan, termasuk dari aspek ekonomi menjadi sumber penghasilan baru.
Pengelolaan SPPG di Cinere dan Lumajang ini tentu layak menjadi contoh dan inspirasi bagi daerah lain dalam menangani program MBG dari hulu hingga hilir yang dipersiapkan dengan sangat baik. Di pihak lain, evaluasi-evaluasi terhadap pelaksana pengadaan makanan program MBG tetap harus dilaksanakan, sehingga semua pihak yang terlibat terus berbenah dan memperbaiki pelayanan dalam upaya pemerintah menyiapkan generasi emas berkualitas. (ANTARA)