Waspadai Mitos Pemutih Kulit yang Masih Banyak Dipercaya, Ini Faktanya Menurut Dokter
Ilustrasi Seorang Perempuan Menggunakan Pemutih Kulit.-Alodokter -
JAMBIKORAN.COM – Kulit putih masih menjadi standar kecantikan yang banyak diidamkan masyarakat, terutama di kalangan wanita.
Tak heran, berbagai produk pemutih kulit kini mudah ditemukan di pasaran dengan beragam klaim hasil cepat dan instan.
Namun, di balik popularitasnya, ternyata masih banyak mitos seputar pemutih kulit yang salah kaprah dan justru bisa membahayakan kesehatan kulit.
Salah satu mitos yang paling sering dipercaya adalah bahwa produk pemutih kulit aman digunakan meski beraktivitas di luar ruangan.
BACA JUGA:Setahun Prabowo Berdiplomasi Tonjolkan Wajah Indonesia di Taraf Dunia
BACA JUGA:Sumur Minyak Rakyat Segera Dilegalkan, Al Haris: Harga yang Kita Minta akan Menguntungkan Masyarakat
Faktanya, sebagian besar produk pemutih mengandung zat aktif seperti AHA dan asam kojic yang bisa membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.
Karena itu, penggunaan tabir surya minimal SPF 30 tetap wajib untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV.
Selain itu, banyak yang menganggap produk pemutih kulit yang mahal pasti lebih bagus.
Padahal, efektivitas produk lebih ditentukan oleh kecocokan dengan jenis kulit, bukan dari harga.
BACA JUGA:Korban Meninggal Sebelum Tiba di RS, Kasus Pembunuhan Menggunakan Racun Sianida
BACA JUGA:9 Fakta Terungkap dalam Sidang Korupsi PT PAL
Produk dengan kandungan sederhana namun sesuai kebutuhan kulit justru bisa memberikan hasil yang lebih baik.
Mitos lain yang juga menyesatkan adalah semakin banyak kandungan pemutih yang digunakan, hasilnya akan lebih maksimal.
Padahal, kombinasi bahan aktif seperti retinoid dan AHA bisa menimbulkan efek samping berupa kulit kering atau iritasi jika dipakai bersamaan.
Tidak sedikit pula masyarakat yang percaya bahwa kulit yang memutih dengan cepat adalah tanda produk bekerja efektif.
BACA JUGA:Bola Baba
BACA JUGA:Purbaya Tolak Proyek Luhut
Faktanya, pemutih instan sering kali mengandung bahan berbahaya seperti merkuri yang bisa merusak kulit bahkan organ tubuh.
Sementara itu, bahan seperti hidrokinon yang dulu populer juga kini dilarang untuk dijual bebas karena efek sampingnya berisiko tinggi, mulai dari iritasi hingga kanker kulit.
Pemakaian berlebihan juga tidak membuat kulit semakin putih. Sebaliknya, kulit bisa rusak dan kehilangan kelembapan alaminya.
Lebih dari itu, mitos bahwa “kulit putih identik dengan kecantikan” juga perlu diluruskan.
BACA JUGA:Israel Akan Tarik Pasukan dari Gaza
BACA JUGA:Pilihan Material Lantai Favorit untuk Hunian Modern
Kecantikan sejati bukanlah tentang warna kulit, melainkan tentang bagaimana seseorang merawat diri dan memancarkan kepercayaan diri dari dalam.
Para ahli kulit menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam memilih produk pemutih dan selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum pemakaian jangka panjang. (*)