24 Jam Bersama Gaspar: Tragedi dan Balas Dendam dalam Dunia Distopia

Poster film "24 Jam Bersama Gaspar".-Dimas-

Mengetahui bahwa toko perhiasan Wan Ali sulit ditembus oleh perampok, Gaspar mengajak mantan kekasihnya, Kik (Laura Basuki) dan kekasih baru Kik, yakni Njet (Kristo Immanuel) untuk bergabung dalam komplotannya.

Tidak hanya itu, Gaspar juga mengajak anggota keluarga Wan Ali, yakni dokter Tati (Dewi Irawan) dan anaknya Yadi (Sal Priadi), yang masing-masing juga memiliki dendam kepada Wan Ali, setelah kejahatannya kepada mereka diungkapkan oleh Gaspar.

Film "24 Jam Bersama Gaspar" menyuguhkan adegan aksi yang penuh dengan ketegangan. 

Aksi baku hantam yang brutal dihadirkan dari bagian awal film dan semakin intens saat adegan perampokan toko perhiasan Wan Ali terjadi di mana terjadi suatu hal yang membuat rencana mereka menjadi berantakan.

Dalam beberapa aksinya, Gaspar merasakan sakit di bagian dada akibat kelainan jantung yang dideritanya dan hal ini semakin menambah ketegangan penonton yang menyaksikan adegan itu.

Selain adegan aksi yang menegangkan, hal menarik yang ditonjolkan dalam film "24 Jam Bersama Gaspar" adalah latar waktu dan tempat. 

Film ini memperlihatkan dunia di masa depan yang sangat berbeda dari wujudnya yang kita alami pada masa sekarang.

Di masa depan, peradaban manusia di Bumi mengalami kekacauan akibat wabah penyakit dan kerusakan lingkungan. 

Akibatnya, tindakan kriminal menjadi yang lazim terjadi dan manusia menjadi apatis saat menyaksikan tindakan kejahatan dan kekerasan terjadi di depan matanya.

Pemerintah yang berkuasa pun menjadi otoriter yang tak segan menyingkirkan rakyat yang dianggap tidak pantas untuk hidup. 

Hukum yang berlaku adalah hukum rimba, di mana kekerasan menjadi cara yang paling umum digunakan dalam menyelesaikan masalah serta bertahan hidup.

Kemiskinan dan kelangkaan sumber daya vital, seperti air dan bahan bakar, juga dirasakan oleh masyarakat di masa depan dalam alur "24 Jam Bersama Gaspar".

Sebagian besar masyarakat yang jatuh ke dalam kemiskinan bekerja sebagai pemulung atau pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Beberapa dari mereka juga memilih untuk mengikuti kontes tarung jalanan untuk bertahan hidup.

Beberapa adegan yang dihadirkan untuk menggambarkan kondisi masyarakat adalah ketika Wan Ali yang melemparkan barang berharga ke gerombolan pengemis yang membuat mereka langsung memperebutkan barang pemberian.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan