Ketua MPR Ingatkan Pentingnya Wawasan Kebangsaan di Era Digital

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (tengah) saat acara buka puasa bersama Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas (GERAK BS) di Jakarta, Selasa (2/4/2024).- ANTARA/HO-MPR-Jambi Independent

JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan pentingnya membangun wawasan kebangsaan di tengah tantangan era digital saat ini yang sangat kompleks.

"Menyikapi dinamika kebangsaan yang makin kompleks dan terus berkembang, penting bagi semua pihak untuk mengangkat kembali kesadaran wawasan kebangsaan dari segenap elemen bangsa, khususnya generasi muda dan kelompok usia produktif yang saat ini mendominasi komposisi demografi di Indonesia," kata Bamsoet, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikannya dalam acara buka puasa bersama Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas (GERAK BS) di Jakarta, Selasa (2  April 2024) malam.

"Lompatan kemajuan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menawarkan efisiensi dan simplifikasi dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, di sisi lain lain, juga berpotensi menghasilkan residu dan dampak negatif pada dimensi kehidupan kebangsaan kita," katanya.

BACA JUGA:KASN: 264 ASN Terbukti Langgar Netralitas di Pemilu 2024

BACA JUGA:Mahfud: Terserah Hakim

Bamsoet menyebut perkembangan media informasi serta media sosial dan komunikasi yang berkembang pesat telah mendorong percepatan diseminasi informasi yang nyaris tanpa batas.

"Derasnya arus globalisasi yang ditopang pesatnya kemajuan teknologi informasi telah mengantarkan pada era disrupsi, era digital, era the internet of things, dan turut menghadirkan berbagai tantangan kebangsaan yang muncul dengan berbagai dimensinya," kata dia.

Menurut dia, tergerusnya wawasan kebangsaan dapat dirasakan dalam berbagai bentuk sikap perilaku, seperti melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, tergerusnya kearifan lokal dan nilai-nilai luhur adat budaya bangsa.

"Ancaman degradasi moralitas terhadap masa depan bangsa sangat nyata. Budaya asing dianggap lebih modern sehingga budaya sendiri cenderung dilupakan," ucapnya.

BACA JUGA:Hutama Karya Tambah Ruas Tol Diskon 20 Persen

BACA JUGA:PLN Siagakan 82.631 Personel, Amankan Listrik Selama Libur Lebaran

Termasuk, lanjut dia, hadirnya paham-paham dan produk-produk yang dikemas menarik, khususnya bagi generasi muda.

"Lebih berbahaya nilai-nilai asing yang tidak selaras dengan karakter dan jati diri bangsa, begitu mudahnya masuk tanpa filter melalui dunia maya, seperti budaya kekerasan, aksi radikalisme, hingga perilaku yang merendahkan nilai-nilai moralitas," ujarnya.

Tag
Share