Sate Presiden

Dahlan iskan--

Ini lebih jauh tapi harus saya jalani. Dari Trenggalek ke Surabaya pilih lewat Ponorogo. 

Sudah puluhan tahun saya tidak melewati jalur itu. Kangen. Memang memutar lebih jauh tapi bisa saja lebih cepat. 

Apa lagi lewat jalur yang lebih pendek perlu empat jam juga. Yakni saat berangkat dari Surabaya ke Trenggalek. Lewat Kediri-Tulungagung. Tidak bisa tiga jam. Masih tambah setengah jam untuk makan ayam lodho di Resto Pak Yusuf –20 menit sebelum tiba di Trenggalek. 

Trenggalek sebenarnya yang punya masakan lodho, tapi Tulungagung yang punya nama. Senasib dengan Jambi: duku Palembang itu banyak yang dari Jambi. 

BACA JUGA: Bidhumas Polda Jambi Sosialisasikan Penanggulangan Terorisme

BACA JUGA:Layani 7.880 Pelanggan, IPA Benteng Kembali Beroperasi

Dua tahun lagi, untuk ke Trenggalek tinggal perlu waktu dua jam. Yakni setelah tol Surabaya-Kertosono tembus ke perbatasan antara Tulungagung-Trenggalek –lewat bandara baru: Dhoho di Kediri. 

Trenggalek punya bupati yang berprestasi. Muda sekali. Ganteng sekali. Dari PDI-Perjuangan. Dapat gelar Sukarno Kecil. Namanya Mochamad Nur Arifin. Istrinya baru terpilih sebagai anggota DPR Pusat juga dari PDI-Perjuangan.  

Lain kali akan saya tulis apa saja kebijakan bupati yang anak tukang becak ini. 

Trenggalek juga lagi mencoba sistem tanam padi hemat air. Dimulai dari uji coba di sebidang sawah. Setelah dua kali panen uji coba itu dianggap berhasil. Tahun ini akan dicoba di 20 hektare. 

BACA JUGA:Penanganan Karhutla, Kapolda Jambi Keluarkan Maklumat

BACA JUGA:BPPRD Kota Jambi Persiapkan Tim Optimalisasi, Ketaatan Wajib Pajak di Kota Jambi

Inilah sawah bermembran. 

Begini: sawah lama dikeruk sampai 40 cm. Lalu dihampari plastik di bawah dan sampingnya –sampai ke atas galengan. 

Tag
Share