Untuk Dia

Namaku Riki, mahasiswa semester 1, umur 18 tahun, aku punya teman baik sejak SMA bernama Alex dan Evan yang suka bermain basket bersamaku, motor sport sudah seperti kaki kami jadi tak jarang kami mengikuti lomba balap liar.

Orang-orang sering menyebut kami anak nakal dan trio pembuat onar, tapi tak masalah asalkan kami tetap bersenang-senang dengan apa yang kami lakukan. 

Seharusnya itu yang kukatakan, hingga suatu hari saat kami sedang nongkrong dikantin kampus, seorang gadis berpakaian Muslimah menegur kami karena tidak salat jum’at sementara azan zuhur sudah berkumandang.

“Assalamualaikum, aku tau kalian itu pembuat onar, tapi kalian kan laki-laki, seharusnya kalian pergi salat jum’at karena itu sudah kewajiban laki-laki, atau jangan-jangan kalian sebenernya perempuan ya?”

BACA JUGA:Denzel Washington Sebagai 'Hannibal' oleh Netflix, Muncul Petisi Online batalkan Film Dokumenter Itu

BACA JUGA:Madonna Jatuh dari Kamar Mandi hingga Koma

Kata-kata tersebut tentu membuat Alex dan Evan kesal, tapi entah kenapa aku tidak, malah salah tingkah yang kurasakan.

Aku pun bergegas pergi ke masjid terdekat yang disusul Alex dan Evan yang seperti keheranan. Sampai pada akhirnya kami selesai salat, Alex dan Evan masih sibuk bertanya-tanya tentang perubahan sikapku tadi. 

Tepat saat itu juga, aku melihat gadis tadi dari kejauhan, dia sedang membantu seorang nenek menjual kue, disaat itu aku menjawab “kayaknya gwe jatuh hati sama tuh cewek”.

Setelah seminggu aku mencari tau tentang gadis itu akhirnya aku sedikit tau tentang dia. Namanya Eva, umur 19 tahun, semester 3 fakultas keguruan, tinggal ngekost bersama temannya, dan hobinya membaca. 

BACA JUGA:Anak Attila Syach Diculik Orang Tak Dikenal

BACA JUGA:PetroChina Raih PROPER Hijau 2023 dari KLHK

Disaat aku sedang berjalan-jalan bersama Alex dan Evan, aku melihat Eva sedang membaca buku di bawah pohon di tepi danau.

Aku pun memberanikan diri untuk mengajak nya berkenalan dengan bantuan support Alex dan Evan yang mengintip dari  kejauhan.